KONSEP KEBIDANAN
|
Pondok Bersalin Desa
(POLINDES)
|
Kelas IA, Oleh :
Silvia Putri Sintia D. (1302100024)
Siti Mutoharoh
(1302100025)
Friska Danastri I.
(1302100026)
Ulul Izzati (1302100027)
Allif Eka F. (1302100028)
Indah Maswari A.
(1302100029)
Miftahul Khoiroh
(1302100030)
DIII KEBIDANAN MALANG
POLTEKKES KEMENKES MALANG
KATA PENGANTAR
Syukur
alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Pondok
Bersalin Desa (Polindes).
Penulisan
makalah ini merupakan salah satu tugas untuk menyelesaikan salah satu subbab
mata kuliah Konsep Kebidanan.
Tidak
lupa kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami
dalam penyelesaian makalah ini. Kami
menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, dengan
demikian kami sangat mengharapkan petunjuk dan saran serta kritik dari semua
pihak guna perbaikan di kemudian hari.
Akhir
kata semoga hasil makalah ini memberikan manfaat yang berguna bagi yang membutuhkannya.
Malang, 29 Oktober 2013 Kelompok 2
DAFTAR ISI
Halaman
KATA
PENGANTAR.................................................................................................... i
DAFTAR
ISI................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang ........................................................................................ 1
1.2
Rumusan
Masalah.................................................................................... 1
1.3
Tujuan
Penulisan...................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Polindes................................................................................. 3
2.2
Tujuan Polindes....................................................................................... 4
2.3
Stratifikasi Polindes................................................................................. 4
2.4
Kegiatan Polindes.................................................................................... 8
2.5
Sasaran Polindes...................................................................................... 9
2.6
Syarat Terbentuknya Polindes................................................................. 9
2.7
Kategori Tingkat Perkembangan Polindes............................................... 10
2.8
Unsur-unsur Polindes dan Kebijakan
Penempatan Bidan di Desa.......... 10
2.9
Beberapa Faktor yang Menyebabkan
Rendahnya Pemanfaatan Polindes 11
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan.............................................................................................. 12
3.2
Saran........................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 13
ROLE PLAY POLINDES.............................................................................................. 14
|
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Pengembangan
pelayanan kesehatan di posyandu meliputi : KIA, KB, imunisasi, perbaikan gizi
dan penanggulangan diare mempunyai kontribusi terhadap penurunan AKB dan anak
balita. Adanya keterbatasan dalam pelayanan posyandu yaitu pelayanan kesehatan
bagi ibu tidak dapat dilaksanakan dengan baik, sehingga perlu diupayakan
peningkatan pelayanan kesehatan ibu melalui polindes. Adanya kebijakan dari
Departemen Kesehatan untuk menempatkan tenaga bidan di desa di bawah pembinaan
dokter puskesmas.
Salah
satu upaya untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian anak balita adalah
dengan melakukan pemeliharaan kesehatannya. Pemeliharaan kesehatan anak balita
dititik beratkan kepada upaya pencegahan dan peningkatan kesehatan dan pada pengobatan
dan rehabilitasi. Pelayanan kesehatan anak balita ini dapat dilakukan di polindes.
Saat
ini polindes sangat primadona. Pemerintah Indonesia dengan kebijakan Kepmenkes
mengupayakan untuk mengaktifkan kembali kegiatan di polindes, karena polindeslah
tempat paling cocok untuk memberikan pelayanan kesehatan pada balita secara
menyeluruh dan terpadu. Oleh karena itu disini kami membahas tentang Polindes
Tujuannya agar angka KIA di Indonesia dapat diturunkan.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Polindes?
2. Apa Tujuan dari Polindes?
3. Apa saja Kegiatan dari Polindes ?
4. Siapa sasaran Polindes?
5. Bagaimana syarat terbentuknya
Polindes?
1.3
Tujuan
·
Untuk mengatahui apa itu
polindes.
·
Supaya dapat mengetahui
fungsi,unsure,tujuan,kegiatan polindes tersebut.
·
Untuk mengetahui
indicator,kategori polindes.
·
Untuk mengetahui tentang
prinsip-prinsip polindes.
·
Untuk mengetahui apa-apa
saja factor yang menyebabkan rendahnya pemanfaatan polindes.
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
Dalam
penyelenggaraan
pelayanan kesehatan secara langsung, Dinas Kesehatan memiliki unit-unit
pelayanan kesehatan di bawahnya yaitu puskesmas, pustu, dan polindes sebagai
unit terdepan. Dari ketiga unit pelayanan tersebut, polindes merupakan unit
terdepan dan memiliki jangkauan hingga ke tengah masyarakat. Keberlangsungan
pelayanan pada polindes tidak terlepas dari peran bidan desa setempat.
Pelayanan kesehatan pada polindes adalah pelayanan kesehatan ibu dan anak atau
kebidanan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan masyarakat
lainnya.
Pondok
Bersalin Desa (Polindes) merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), dimana pembangunannya melalui swadaya
masyarakat. Namun demikian di beberapa daerah dimana masyarakatnya tidak mampu
mengupayakan pembangunan Polindes secara swadaya, pembangunannya dapat melalui
pemerintah, dikarenakan perlunya ketersediaan sarana pelayanan kesehatan untuk
bidan di desa.
2.1
Pengertian Polindes
Polindes merupakan salah satu bentuk
UKBM (Usaha Kesehatan Bagi Masyarakat) yang didirikan masyarakat oleh
masyarakat atas dasar musyawarah, sebagai kelengkapan dari pembangunan
masyarakat desa, untuk memberikan pelayanan KIA-KB serta pelayanan kesehatan
lainnya sesuai dengan kemampuan Bidan. (Ambarwati retna,2009).
Suatu tempat yang didirikan oleh
masyarakat atas dasar musyawarah sebagai kelengkapan dari pembangunan kesmas
untuk memberikan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Keluarga Berencana
(KB) dikelola oleh bidan desa (bides) bekerjasama dengan dukun bayi dibawah
pengawasan dokter puskesmas setempat.
Pondok Bersalin Desa (Polindes)
adalah salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang
merupakan wujud nyata bentuk peran serta masyarakat didalam menyediakan tempat
pertolongan persalinan dan pelayanan kesehatan ibu dan anak lainnya, termasuk
KB di desa. (Dinkes, 1999)
Kajian makna polindes
a. Polindes merupakan salah satu bentuk PSM dalam menyediakan
tempat pertolongan persalinan dan pelayanan KIA, termasuk KB di desa.
b. Polindes dirintis di desa yang telah mempunyai bidan yang
tinggal di desa tersebut.
c. PSM dalam pengembangan polindes dapat berupa penyediaan
tempat untuk pelayanan KIA (khususnya pertolongan persalinan), pengelolaan
polindes, penggerakan sasaran dan dukungan terhadap pelaksanaan tugas bidan di
desa.
d. Peran bidan desa yang sudah dilengkapi oleh pemerintah
dengan alat-alat yang diperlukan adalah memberikan pelayanan kebidanan kepada
masyarakat di desa tersebut.
e. Polindes sebagai bentuk PSM secara organisatoris berada di
bawah seksi 7 LKMD, namun secara teknis berada di bawah pembinaan dan
pengawasan puskesmas.
f. Tempat yang disediakan oleh masyarakat untuk polindes dapat
berupa ruang/kamar untuk pelayanan KIA, termasuk tempat pertolongan persalinan
yang dilengkapi dengan sarana air bersih.
g. Tanggung jawab penyediaan dan pengelolaan tempat serta
dukungan opersional berasal dari masyarakat, maka perlu diadakan kesepakatan
antara wakil masyarakat melalui wadah LKMD dengan bidan desa tentang pengaturan
biaya operasional dan tarif pertolongan persalinan di polindes.
h. Dukun bayi dan kader posyandu adalah kader masyarakat yang
paling terkait.
Fungsi polindes
a. Sebagai tempat pelayanan KIA-KB dan pelayanan kesehatan
lainnya.
b. Sebagai tempat untuk melakukan kegiatan pembinaan,
penyuluhan dan konseling KIA.
c. Pusat kegiatan pemberdayaan masyarakat.
2.2
Tujuan Polindes
a. Meningkatnya jangkauan dan mutu
pelayanan KIA-KB termasuk pertolongan dan penanganan pada kasus gagal.
b. Meningkatnya pembinaan dukun bayi
dan kader kesehatan.
c. Meningkatnya kesempatan untuk
memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan bagi ibu dan keluarganya.
d. Meningkatnya pelayanan kesehatan
lainnya sesuai dengan kewenangan bidan.
2.3 Stratifikasi Polindes
Dalam
menganalisa pertumbuhan Polindes harus mengacu kepada indikator tingkat
perkembangan Polindes yang mencakup beberapa hal :
1. Fisik
Tempat yang disediakan oleh masyarakat untuk polindes perlu memenuhi persyaratan antara lain :
Tempat yang disediakan oleh masyarakat untuk polindes perlu memenuhi persyaratan antara lain :
·
Bangunan polindes tampak bersih, salah
satunya ditandai tidak adanya sampah berserakan.
·
Lingkungan yang sehat, bila polindes
jauh dari kandang ternak.
·
Mempunyai jumlah ruangan yang cukup
untuk : pemeriksaan kehamilan dan pelayanan KIA, mempunyai ruang untuk
pertolongan persalinan.
·
Tempat pelayanan bersih dengan aliran udara/ventilasi
yang baik terjamin.
·
Mempunyai perabotan dan alat-alat yang
memadai untuk pelaksanaan pelayanan.
·
Mempunyai sarana air bersih dan jamban
yang memenuhi persyaratan kesehatan.
Idealnya suatu polindes mempunyai
bangunan sendiri dan memenuhi persyaratan di atas, namun dalam kenyataannya
mungkin saja polindes masih menumpang di salah satu rumah warga atau bersatu
dengan kediaman bidan di desa.
2.
Tempat tinggal bidan desa
Keberadaan bidan di desa secara
terus menerus (menetap) menentukan efektifivitas pelayanannya, termasuk
efektivitas polindes. Selain itu, jarak tempat tinggal bidan yang menetap di
desa dengan polindes. Bidan yang tidak tinggal di desa dianggap tidak mungkin
melaksanakan pelayanan pertolongan persalinan di polindes. Untuk mempercepat tumbuh
kembang Polindes bidan harus selalu berada/tinggal di desa dan lebih banyak
melayani masalah kesehatan masyarakat desa setempat.
3.
Pengelolaan polindes
Pengelolaan Polindes yang baik akan
menentukan kualitas pelayanan, sekaligus pemanfaatan pelayanan oleh masyarakat.
Kriteria pengelolaan polindes yang baik antara keterlibatan masyarakat melalui
wadah LPM dalam menentukan tarif pelayanan. Tarif yang ditetapkan secara
bersama, diharapkan memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk memanfaatkan
polindes, sehingga dapat meningkatkan cakupan dan sekaligus dapat memuaskan
semua pihak.
4.
Cakupan persalinan
Tinggi rendahnya cakupan persalinan
dipengaruhi banyak faktor, diantaranya ketersediaan sumberdaya kesehatan
termasuk didalamnya keberadaan polindes beserta tenaga profesionalnya, yaitu
bidan desa.
Tersedianya polindes dan bidan di
suatu desa memberikan kemudahan untuk mendapatkan pelayanan KIA, khususnya
dalam pertolongan persalinan, baik ditinjau dari segi jarak maupun dari segi
pembiayaan. Meningkatnya cakupan persalinan yang ditolong di polindes, selain
berpengaruh terhadap kualitas pelayanan ibu hamil, sekaligus mencerminkan
kemampuan bidan itu sendiri baik di dalam kemampuan teknis medis maupun di
dalam menjalin hubungan dengan masyarakat. Cakupan persalinan dihitung secara
kumulatif selama setahun.
5.
Sarana air bersih
Tersedianya air bersih merupakan
salah satu persyaratan untuk hidup sehat. Demikian juga halnya di dalam
operasional pelayanan polindes. Polindes dianggap baik apabila telah tersedia
air bersih yang dilengkapi dengan : MCK, tersedia sumber air (sumur, pompa,
PAM, dll), dan dilengkapi pula dengan saluran pembuangan air limbah.
6.
Kemitraan bidan dan dukun bayi
Kader masyarakat yang paling
terkait dengan pelayanan di polindes adalah dukun bayi. Karena itu, polindes
dimanfaatkan pula sebagai sarana meningkatkan kemitraan bidan dan dukun bayi
dalam pertolongan persalinan. Kemitraan bidan dan dukun bayi merupakan hal yang
dianjurkan dalam pelayanan pertolongan persalinan di Polindes. Penghitungan cakupan
kemitraan bidan dan dukun dihitung secara
kumulatif
selama setahun.
7.
Kegiatan KIE untuk kelompok sasaran
KIE merupakan salah satu teknologi
peningkatan peran serta masyarakat yang bertujuan untuk mendorong masyarakat
agar mau dan mampu memelihara dan melaksanakan hidup sehat sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya, melalui jalinan komunikasi, informasi dan edukasi
yang bersifat praktis.
Dengan keberadaan polindes beserta
bidan ditengah-tengah masyarakat diharapkan akan terjalin interaksi antara
bidan dengan masyarakat. Semakin sering bidan di desa menjalankan KIE, akan
semakin mendorong masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup sehatnya,
termasuk di dalamnya meningkatkan kemampuan dukun bayi sebagai mitra kerja di
dalam memberikan penyuluhan kesehatan ibu hamil.
Seharusnya suatu polindes di dalam
pelaksanaan kegiatannya telah melakukan KIE untuk kelompok sasaran minimal
sekali dalam setiap bulannya. Kegiatan KIE ini dihitung secara kumulatif selama
setahun.
8.
Dana Sehat/JPKM
Dana sehat sebagai wahana memandirikan
masyarakat untuk hidup sehat, pada gilirannya diharapkan akan mampu
melestarikan berbagai jenis upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat setempat. Suatu polindes dianggap baik bila
masyarakat di desa binaannya telah terliput dana sehat, sehingga diharapkan
kelestarian polindes dapat terjamin, kepastian untuk mendapatkan pelayanan yang
berkualitas tak perlu dikhawatirkan lagi. Cakupan dana sehat dianggap baik bila
telah mencapai 50 %.
Program Bidan Desa Salah satu
program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah menurunkan kematian dan kejadian
sakit di kalangan ibu, dan untuk mempercepat penurunan angka Kematian Ibu dan
Anak adalah dengan meningkatkan mutu pelayanan dan menjaga kesinambungan
pelayanan kesehatan ibu dan perinatal.
Dalam usaha meningkatkan mutu
pelayanan kebidanan dan kesehatan anak terutama di desa maka tenaga kesehatan
(medis) seperti bidan harus menjalin kerjasama yang baik dengan tenaga non
medis seperti dukun dengan mengajak dukun untuk melakukan pelatihan dengan
harapan dapat:
·
Meningkatkan
kemampuan dalam menolong persalinan
·
Dapat
mengenal tanda-tanda bahaya dalam kehamilan dan persalinan
Selain bekerja sama dengan tenaga
non medis seperti dukun,bidan desa juga bekerja sama dengan masyarakat yang
secara sukarela membantu dan melaksanakan pos yandu. Biasanya masyarakat
tersebut telah mendapat pelatihan dalam menjalankan tugasnya tersebut sebagai
kader.
Tugas dan fungsi bidan utama bidan
desa adalah memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak, sebagaimana tertuang
dalam SE Dirjen Binkesmas No. 492/Binkesmas/Dj/89 yang menyatakan penempatan
bidan desa adalah memberikan pelayanan ibu dan anak serta KB dalam rangka
menurunkan angka kematian ibu dan bayi serta kelahiran. Namun pada kenyataannya
bidan desa dibebani dengan berbagai macam program pelayanan kesehatan lainnya.
Pada kondisi ini bidan desa dihadapkan pada keterbatasan kemampuan dan kondisi
masyarakat yang beragam karakteristik.
Kehadiran bidan di desa diharapkan
mampu memperluas jangkauan pelayanan yang telah ada sekaligus dapat meningkatkan
cakupan program pelayanan KIA melalui:
·
Peningkatan
pemeriksaan kesehatan ibu hamil yang bermutu
·
Pertolongan
persalinan
·
Deteksi
dini faktor kehamilan dan peningkatan pelayanan neonatal.
·
Promosi kesehatan dan pencegahan
penyakit pada bayi serta
bekerja sama dengan kader posyandu mencari sasaran ibu hamil dengan melakukan :
·
kunjungan rumah
·
sosialisasi pentingnya pemeriksaan
kesehatan antenatal
·
memotivasi ibu hamil untuk memeriksakan
kehamilan secara rutin minimal empat kali selama kehamilannya.
Bidan di desa telah melalui tingkat
pendidikan kebidanan dan telah mampu dan cakap dalam melaksanakan tugasnya
sebagai bidan. Rasa malu pada pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi cakupan pelayanan antenatal.Masyarakat malu untuk
memeriksakan dirinya terutama pada kehamilan pertama. Pemberian bantuan
tambahan gizi bagi ibu hamil merupakan daya tarik tersendiri dalam kunjungan
pelayanan antenatal dan dapat meningkatkan kunjungan ibu.
Prinsip
Pelayanan Kebidanan di Desa
·
Pelayanan di komunitas desa sifatnya
multi disiplin meliputi ilmu kesehatan masyarakat, kedokteran, sosial,
psikologi, komunikasi, ilmu kebidanan, dan lain-lain yang mendukung peran bidan
di komunitas
·
Dalam memberikan pelayanan di desa bidan
tetap berpedoman pada standar dan etika profesi yang menjunjung tinggi harkat
dan martabat manusia
·
Dalam memberikan pelayanan bidan
senantiasa memperhatikan dan memberi penghargaan terhadap nilai-nilai yang
berlaku di masyarakat, sepanjang tidak merugikan dan tidak bertentangan dengan
prinsip kesehatan.
Bidan di desa juga membuat laporan kegiatan bidan setiap bulan dan diserahkan kepada bidan koordinasi pada saat bidan di desa melaksanakan tugasnya ke puskesmas.
Bidan di desa juga membuat laporan kegiatan bidan setiap bulan dan diserahkan kepada bidan koordinasi pada saat bidan di desa melaksanakan tugasnya ke puskesmas.
2.4 Kegiatan Polindes
a. Memeriksa kehamilan, termasuk
memberikan imunisasi TT pada bumil dan mendeteksi dini resiko tinggi kehamilan.
b. Menolong persalinan normal dan
persalinan dengan resiko sedang.
c. Memberikan pelayanan kesehatan ibu
nifas dan ibu menyusui.
d. Memberikan pelayanan kesehatan
neonatal, bayi, anak balita dan anak pra sekolah, serta imunisasi dasar pada
bayi.
e. Memberikan pelayanan KB.
f. Mendeteksi dan memberikan
pertolongan pertama pada kehamilan dan persalinan yang beresiko tinggi baik ibu
maupun bayinya.
g. Menampung rujukan dari dukun bayi
dan dari kader (posyandu, dasa wisma).
h. . Merujuk
kelainan ke fasilitas kesehatan yang lebih mampu.
i.
Melatih dan membina dukun bayi maupun kader (posyandu, dasa
wisma).
j.
Memberikan penyuluhan kesehatan tentang gizi ibu hamil dan
anak serta peningkatan penggunaan ASI dan KB.
k. Mencatat serta melaporkan kegiatan yang dilaksanakan kepada
puskesmas setempat.
2.5 Sasaran Polindes
ü Bayi berusia kurang dari 1 tahun
ü Anak balita usia 1 sampai dengan 5
tahun
ü Ibu hamil
ü Ibu menyusui
ü Ibu nifas
ü Wanita usia subur
ü Kader
ü Masyarakat setempat.
2.6 Syarat Terbentuknya Polindes
1) Tersedianya bidan di desa yang
bekerja penuh untuk mengelola polindes.
2) Tersedianya sarana untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi
Bidan, antara lain bidan kit, IUD kit, sarana imunisasi dasar dan imunisasi ibu
hamil, timbangan, pengukur Tinggi Badan, Infus set dan cairan D 5 %, NaCl 0,9
%, obat - obatan sederhana dan uterotonika, buku-buku pedoman KIA, KB dan
pedoman kesehatan lainnya, inkubator sederhana.
3) Memenuhi persyaratan rumah sehat, antara lain penyediaan air
bersih, ventilasi cukup, penerangan cukup, tersedianya sarana pembuangan air
limbah, lingkungan pekarangan bersih, ukuran minimal 3 x 4 m2.
4) Lokasi mudah dicapai dengan mudah oleh penduduk sekitarnya
dan mudah dijangkau oleh kendaraan roda 4.
5) Ada tempat untuk melakukan pertolongan persalinan dan
perawatan postpartum minimal 1 tempat tidur.
2.7 Kategori tingkat perkembangan polindes
a)
Pratama
Yang
merupakan kategori polindes tingkat pratama yaitu Fisik belum ada bangunan
tetap dan belum memnuhi syarat, Tempat tinggal bidan tidak tinggal didesa yang
bersangkutan, Pengelolaan medis tidak ada kesepakatan, Cakupan persalinan
dipolindes < 10 %, Tersedia air bersih tapi belum dilengkapi air dan MCK,
cakupan kemitraan bidan dan dukun bayi < 25 %, kegiatan KIE untuk kelompok
sasaran < 6 kali, dana sehat/ JPKM < 50 %.
b)
Madya
Fisik belum ada bangunan tetap dan memenuhi syarat, tempat tinggal
bidan >3km, pengelolaan polindes ada tetapi tidak tertulis, cakupan
persalinan dipolindes 10-15 %, sarana air bersih tersedia tapi belum ada sumber
air tapi ada MCK, cakupan kemitraan bidan dan dukun bayi 25-49%, kegiatan kie
untuk kelompok sasaran 6-8 kali,dana sehat/JPKM <50 %.
c)
Purnama
Fisik ada bangunan tetap tapi belum memenuhi syarat, tempat tinggal
bidan 1-3 km, pengelolaan polindes ada dan tertulis, cakupan persalinan
dipolindes 20-29 %, sarana air bersih tersedia dan MCK, cakupan kemitraan bidan
dan dukun bayi 50-74%, kegiatan kie untuk kelompok sasaran 9-12 kali,dana
sehat/JPKM <50 %.
d)
Mandiri
Fisik ada bangunan memenuhi syarat, tempat tinggal bidan <1 km,
pengelolaan polindes ada dan tertulis, cakupan persalinan dipolindes 30 %,
sarana air bersih tersedia dan MCK dilengkapi SPAL, cakupan kemitraan bidan dan
dukun bayi >75 %, kegiatan KIE untuk kelompok sasaran >12 kali,dana
sehat/JPKM >50 %.
2.8 Unsur-unsur polindes dan kebijakan penempatan
bidan di desa
Adapun yang menjadi unsur-unsur polindes yaitu adanya bidan didesa,
bangunan atau ruang untuk pelayanan KIA-KB dan pengobatan sederhana, serta
adanya partisipasi masyarakat. Dalam kebijakan penempatan bidan didesa,
membantu penurunan AKI/AKB akibat komplikasi obstetric khususnya AKP/AKN dengan
mengatasi berbagai kesenjangan geografi,mendekatkan pelayanan
KIA-KB,kesenjangan social budaya, dan kesenjangan ekonomi.
Yang harus dilakukan oleh bidan dipolindes yaitu membangun kemitraan
dengan masyarakat/tokoh masyarakat dan dukun bayi, meningkatkan
profesionalisme, memobilisasi pendanaan masyarakat dalam bentuk tabungan ibu
bersalin, mendorong kemandirian masyarakat dalam bidang kesehatan.
2.9 Beberapa factor yang menyebabkan rendahnya
pemanfaatan polindes
o
Kurangnya promosi
o
Kurangnya rasa memiliki
o
Rendahnya partisipasi
aparat desa
o
Fungsi polindes tak
memenuhi harapan masyarakat, disamping factor teknis lain, dimana pengalaman bidan yang masih minimal.
BAB
III
PENUTUP
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Polindes merupakan salah
satu bentuk UKBM (usaha kesehatan bagi masyarakat) yang didirikan masarakat
oleh masyarakat atas dasar musyawarah, sebagai kelengkapan dari pembangunan
masyarakat desa, untuk memberikan pelayanan KIA-KB serta pelayanan kesehatan
lainnya sesuai dengan kemampuan bidan. Pengembangan pelayanan kesehatan
diposyandu meliputi :KIA, KB, imunisasi, perbaikan gizi dan penanggulangan
diare mempunyai konstribusi terhadap penurunan AKB dan anak balita. Adapun yang
menjadi unsur-unsur polindes yaitu adanya bidan didesa, bangunan atau ruang
untuk pelayanan KIA-KB dan pengobatan sederhana, serta adanya partisipasi
masyarakat. Yang harus dilakukan oleh bidan dipolindes yaitu membangun kemitraan
dengan masyarakat/tokoh masyarakat dan dukun bayi, meningkatkan
profesionalisme, memobilisasi pendanaan masyarakat dalam bentuk tabungan ibu
bersalin, mendorong kemandirian masyarakat dalam bidang kesehatan.
3.2
Saran
Oleh
sebab itu, kehadiran bidan desa diharapkan dapat meningkatkan program pelayanan
KIA dengan menurunnya kematian serta kejadian sakit di kalangan ibu dan anak. Untuk bisa terlaksana dengan baik, bidan desa harus menjalin kerjasama
dengan dukun ataupun tokoh masyarakat di desa tersebut.
Selain
itu sebaiknya UKBM ini harus di gerakkan dengan sebaik-baiknya agar mendapat
hasil semaksimal mungkin dan dapat meningkatkan kesehatan di desa setempat.
Harapan kami, semoga makalah ini bermanfaat dan kami juga berharap semoga angka
kesakitan dan kematian di Indonesia dapat menurun dan diturunkan.
Daftar Pustaka
Ambarwati,Eny Retna. 2009.Asuhan
Kebidanan Komunitas.Yogyakarta: Nuha Medika
DinkesBonbol.2008.http://dinkesbonebolango.org/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=193 diunduh pada 02 Mei 2011
Shakira2010. http://syakira-blog.blogspot.com/2009/01/tentang-posyandu.html
diunduh pada 02 Mei 2011
Wijono,D., 1997,
Manajemen Kepemimpinan Dan Organisasi kesehatan, Airlangga press, Surabaya.
Depkes RI., 1994, Pedoman Pembinaan Teknisi Bidandi Desa, Dit. Jend. Binkesmas, Depkes RI, Jakarta
Depkes RI., 1994, Pedoman Pembinaan Teknisi Bidandi Desa, Dit. Jend. Binkesmas, Depkes RI, Jakarta
Departemen
Kesehatan RI., 1991. Pedoman Pelayanan Antenatal di
Wilayah Kerja Puskesmas. Jakarta.
ROLE PLAY POLINDES
TOKOH
:
·
SILVIA PUTRI SINTIA D. sebagai ibu
hamil (Luna)
·
SITI MUTOHAROH sebagai PSK (Monica)
·
FRISKA DANASTRI I. sebagai Asisten
Bidan (Friska)
·
ULUL IZZATI sebagai Pelajar
(Manohara)
·
ALLIF EKA F. sebagai Suami
(Ariel)
·
INDAH MASWARI A. sebagai Bidan
(Indah)
·
MIFTAHUL KHOIROH sebagai Dukun Bayi (Miftah)
(jam
berbunyi menunjuk pukul 8 pagi) Di sebuah desa indah nan sejuk, mulai bukalah pondok bersalin desa
(POLINDES), seperti biasa bidan dan asistennya melakukan aktivitas.
Asisten : (bersih-bersih)
Bidan : Selamat pagi, bagaimana sudah
dipersiapkan semuanya?
Asisten : Sudah bu, semuanya sudah siap,
ruangannya juga sudah bersih.
Bidan : Baguslah kalau begitu.
Mahasiswa : Assalamualaikum, maaf bu saya baru
datang. Tadi ada kendala di jalan.
Bidan : Ya sudah tidak apa-apa. Kalau begitu
kamu bantu saya menyiapkan alat-alat untuk persalinan.
Mahasiswa : Siap bu.
Bidan : Friska, kamu siapkan untuk catatan
pasiennya ya?
Asisten : Oh, baik bu.
Beberapa menit kemudian datanglah seorang remaja putri yang berpakaian
seragam putih abu-abu dengan wajah yang cemas dan gelisah.
Pelajar : (memasuki polindes dengan wajah cemas)
Asisten : Selamat pagi mbak, ada yang bisa
saya bantu?
Pelajar : Em.. (gugup) gimana ya? Em.. saya
mau ngomong langsung sama bidannya aja deh mbak.
Asisten : apakah mbak pernah datang kesini sebelumnya?
Pelajar :
belum mbak, saya baru pertama datang kesini.
Asisten : Oh,
kalau begitu mbak silahkan mengisi kartu kunjungan terlebih dahulu, lalu silahkan menunggu
sebentar diruang tunggu.
Pelajar : Oh, ya terimakasih.
(pelajar mengisi daftar hadir)
beberapa menit kemudian datanglah seorang wanita cantik dengan pakaian
seksinya.
Asisten :
Selamat
pagi bu, ada yang bisa saya bantu?
PSK :
Jangan
panggil saya bu ya mbak, saya masih muda. Panggil saya mbak saja. (dengan gaya
centil serambi memegang kipas).
Asisten :
Oh,
iya mbak. Saya minta maaf. Apa yang bisa saya bantu sekarang?
(pelajar selesai mengisi daftar
hadir dan menunggu di ruang tunggu)
PSK : Saya mau konsultasi tentang penggunaan
KB, kalo cocok saya ingin sekalian memasangnya.
Asisten :
apakah mbak pernah datang
kesini sebelumnya?
Pelajar : belum mbak, saya baru pertama
datang kesini.
Asisten : Oh, baik nanti mbak bisa langsung
konsultasi dengan bidannya. Sekarang silahkan mbak mengisi kartu kunjungan terlebih dahulu, kemudian mbak bisa
menunggu di ruang tunggu.
PSK : Ok deh.
(asisten memasuki ruang praktek, sementara di ruang tunggu…………………)
PSK : Dek, kok gak sekolah? Ngapain
disini?
Pelajar : (melamun)
PSK : Dek.. dek.. kok ngelamun sih. (
sambil menepuk bahu pelajar)
Pelajar : Oh iya tante, maaf saya gak denger.
PSK : Hayo... biasanya kalo pelajar kesini
pasti ada ada nih.
Pelajar : Engga tante, saya disuruh ibu saya
kesini ngambil obat.
PSK : Eh..eh.. uda deh.. ga usah bohong.
Bohong nambah dosa kamu loh.
Pelajar : (diam saja dan menundukkan
kepala)
(di
ruang praktek)
Asisten : Bagaimana bu sudah siap menerima
pasien?
Bidan : Ya sudah, panggil pasien pertama ya?
Asisten : Siap bu.
(asisten
keluar ruangan, sementara di
ruang tunggu………….)
PSK : Mana pacar kamu? Kabur ya? (dengan
nada menyindir)
Pelajar : Em.. saya gak punya pacar kok tante.
PSK : Yang bener? Kalo bohong perutnya tambah
besar loh?
Pelajar : (terkejut dan bingung sambil
memegang perut) em.. memangnya uda kelihat besar ya tante?
PSK : Tu kan ngaku juga. Pasti kesini mau
A B O R S I.
Asisten : Mbak
Manohara,
silahkan memasuki ruangan.
Pelajar : Oh iya mbak. (persiapan memasuki
ruang praktek)
Tiba-tiba datanglah seorang ibu
hamil yang hendak
melahirkan
Ibu
hamil : Bu bidan.. bu bidan.. tolong..
(sambil memegangi perut dengan wajah lemas) ketuban saya sudah pecah ini
kayaknya.
Asisten : (berlari menuju ibu hamil) haduh
ibu, sini saya bantu. Jalannya pelan-pelan ya? (berhenti sejenak) mbak Manohara
maaf ya, silahkan menunggu lagi. Ini ada yang mau melahirkan, jadi...
Ibu
hamil : (menyela pembicaraan)
haduh mbak sakit... cepetan dong.. ini sudah diambang.
Asisten : Iya..iya bu. Maaf ya mbak Manohara, silahkan menunggu
dulu di ruang tunggu.
Pelajar : Oh.. iya.. iya (dengan wajah
bingung)
Ibu
hamil : Mbak saya sudah lemas ini, gak bisa
jalan lagi, perut saya terlalu berat.
Asisten : Iya ibu, kurang sedikit lagi.
(memasuki ruangan). Mbak
Miftah, tolong ibu ini dibantu.
Mahasiswa : Baik mbak (sambil membantu asisten bidan memapah ibu
hamil ke ruang persalinan)
Ibu hamil
dibawa ke Ruang bersalin dan bidan pun memeriksa keadaan ibu hamil, ternyata
ibu memerlukan waktu pembukaan jalan lahir. Setelah ibu hamil tenang, bidan pun
menangani pasien lain sembari menunggu kesiapan ibu hamil.
………………………………………………………………………………………………………………………………
Bidan : Silahkan
masuk mbak, silahkan duduk. Nama mbak siapa? Ada yang bisa saya bantu?
Pelajar : Ya,
nama saya Manohara. Jadi begini bu, saya sekarang sedang hamil. Saya sudah 3
bulan tidak menstruasi dan kemarin saya periksa menggunakan testpack ternyata
hasilnya positif. Pacar saya tidak mau
bertanggung jawab dan malah menganjurkan untuk aborsi. Saya sangat takut kalau
melanjutkan kehamilan ini, apalagi kalau sampai orang tua saya tahu. Tolong bu,
bantu saya untuk aborsi? (dengan suara gugup dan sedikit terbata-bata)
Bidan : Jangan
melakukan hal itu mbak, itu perbuatan dosa
Pelajar : Tapi
saya harus melakukan apa sekarang bu? Kalau saya lanjutkan kehamilan ini sampai
bayi ini lahir, bayi ini akan kasihan karena tidak ada ayahnya. Sayapun tidak
mempunyai biaya untuk membesarkan bayi ini. (mata memerah)
Bidan :
Maaf
mbak, tapi saya sebagai bidan disini tidak boleh membantu dalam aborsi.
Sebaiknya mbak tenang dulu, setelah itu bicarakan hal ini dengan orang tua.
Beri mereka penjelasan mengenai hal ini
Pelajar :
Saya
takut kalau diusir dari rumah karena telah mencoreng nama baik keluarga.
(menangis)
Bidan :
Dicoba
saja dulu mbak. Siapa tahu orang tua mbak bisa mengerti dan ikut mencari jalan
keluarnya. Yang penting mbak jangan melakukan aborsi karena itu bisa
membahayakan diri mbak juga, bisa menyebabkan kerusakan pada rahim dan apabila
terlalu parah akan menyebabkan kematian. Mbak juga harus sadar bahwa janin yang
ada dalam kandungan itu tidak berdosa dan mempunyai hak untuk hidup sama
seperti kita juga. Apakah mbak tega?
Pelajar :
Benarkah
itu bu? Sebenarnya saya juga merasa bersalah dan takut akan dosa. (wajah
bersalah)
Bidan :
Saya
yakin mbak Manohara pasti bisa dan kuat menghadapi masalah ini.
Pelajar :
Baiklah
bu, saya akan coba membicarakan ini dengan orang tua saya. Semoga mereka
menerima saya dengan keadaan hamil ini. (ponsel pelajar tiba-tiba berbunyi).
Saya
ada urusan mendadak ini bu bidan. Saya mohon pamit dulu. Terimakasih atas
sarannya.
Bidan : Iya
mbak sama-sama. Mari saya antar keluar.
Sementara di ruang tunggu
Asisten : Mbak
Monica, silahkan memasuki ruangan
Dengan gaya centil PSK memasuki ruangan bidan
Bidan
: Silahkan masuk mbak, silahkan duduk.
PSK :
Ya
bu terima kasih
Bidan : Nama mbak siapa? Ada yang bisa saya
bantu?
PSK : Ya, nama saya Monica. Begini bu saya
ingin berkonsultasi tentang penggunaan alat kontrasepsi.
Bidan : Oh mengenai alat kontrasepsi. Ada banyak mbak. Ada
kondom, IUD, pil, suntik, dll. Mbak ingin seperti apa?
PSK :
Ehm
… saya ingin yang praktis dan tahan lama gitu lo bu.
Bidan : Baiklah
akan saya jelaskan. yang pertama yaitu kondom.
Kondom itu sarung karet tipis penutup penis yang menampung cairan sperma
pada saat ejakulasi. Memang untuk mendapatkannya sangat mudah bisa dibeli di
warung atau di supermarket, tetapi ibu
harus mengingat beberapa hal antara lain yang pertama, ibu harus menggunakan kondom
baru setiap bersenggama.
PSK :
Oh
kalau kondom saya sudah tahu bu, tetapi biasanya sering robek jadi nggak enak
dong.
Bidan :
Yang
kedua KB suntik ya bu. KB suntik adalah obat KB yang disuntikkan 1 bulan sekali
atau 3 bulan sekali. Untuk yang 1 bulan sekali berisi estrogen dan progesteron.
PSK :
Waduh
bu saya takut jarum, ngeri saya bu kalau disuntik. hiiii
Bidan :
Kemudian
yang ketiga KB pil ya bu, ini obat kontrasepsi yang diminum setiap hari selama
21 atau 28 hari. Pil KB ada 2 macam (sambil menunjukkan pil KB)ini Pil KB yang
hanya mengandung hormon golongan progesteron. (menunjukkan pil KB kedua). Kalau
yang ini Pil kombinasi yang mengandung hormon golongan estrogen dan
progesteron. Yang perlu diingat apabila menggunakan pil KB diawali hari 1 sama
5 masa haid, pil KB kombinasi dilarang diberikan pada ibu usia diatas 35 tahun
dan perokok berat.
PSK :
Jadi
harus minum setiap hari ya, nggak mau ah, ribet tau bu. Ada yang lain nggak bu?
Bidan : Yang keempat susuk KB atau implan yaitu
alat kontrasepsi yang berbentuk batang terbuat dari silastik yang berisi hormon
golongan progesteron yang dimasukkan dibawah kulit lengan kiri atas bagian
dalamterdapat 2 jenis susuk KB yaitu terdiri dari satu batang dan dua batang
(sambil memperlihatkan contoh KB susuk). Masing masing dapat mencegah kehamilan
selama 3 tahun.
PSK :
Oh
begitu yah, lumayan tahan lama juga ya, apa ada yang lain lagi bu?
Bidan : Nah yang terakhir adalah IUD yaitu alat
kontrasepsi yang dimasukkan kedalam rongga rahim (sambil memperagakan), terbuat
dari plastik fleksibel, beberapa jenis IUD dililit tembaga atau tembaga yang
bercampur perak bahkan ada yang disisipi hormon golongan progesteron, IUD
bertembaga dapat digunakan selama 10 tahun. Tidak boleh dipergunakan padaibu
hamil atau diduga hamil, gangguan perdarahan dan peradangan alat
kelamin,kecurigaan kanker kelamin dan tumor jinak serta radang pinggul.
PSK :
Ya
sudah bu setelah saya pikir-pikir, saya sepertinya tertarik untuk memakai yang
IUD saja karena praktis dan bisa tahan lama. Terimakasih ya bu atas informasinya, tetapi saya
memasangnya minggu depan saja.
Bidan : Oh
baiklah, saya tunggu
kedatangan mbak kemari. Apakah ada yang kurang jelas? Dan ada yang mau
ditanyakan lagi?
PSK :
Sudah cukup bu. Terimakasih. Saya pamit dulu.
Bidan : ya sama-sama
mbak. Mari saya antar keluar.
Sementara itu…
Ibu hamil : (berteriak-teriak kesakitan)
Asisten bidan
mengantar ibu hamil ke ruang persalinan, sedangkan mahasiswa memanggil bidan
untuk segera
menangani persalinan.
(Bidan, asisten
bidan, dan mahasiswa sedang menangani proses persalinan)
…………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Seusai
persalinan
Suami : Bagaimana kondisi istri saya bu bidan?
Apakah baik-baik saja?
Bidan : Secara keseluruhan proses persalinan istri
bapak lancar dan bayinya sehat. Akan tetapi, istri bapak perlu istirahat yang
cukup untuk memulihkan kondisinya.
Suami : Alhamduillah. lalu apalagi yang harus kami
lakukan bu?
Bidan : Untuk memulihkan kondisi istri bapak perlu
adanya pengawasan tentang asupan makanan yang bergizi. Selain itu, sebaiknya
bayi bapak diberi ASI eksklusif selama enam bulan.
Suami : Kira-kira istri saya boleh pulang kapan bu?
Bidan : Besok pagi istri bapak sudah boleh dibawa
pulang
Suami : Lalu bagaimana pembayarannya bu?
Bidan : Untuk pembayarannya bisa diurus besok pagi
sebelum istri bapak pulang. Bapak tidak usah terlalu khawatir mengenai biayanya
karena sudah ada JAMPERSAL dari pemerintah.
Suami : Terimakasih bu bidan atas informasinya. Saya
pamit dulu. Assalamualikum
Bidan : Waalaikumsalam. Mari saya antar bapak
keluar.
Tiba-tiba datanglah seorang ibu
dengan wajah kesal sambil marah-marah.
Dukun : Siapa bidan disini? (dengan mata melotot)
Asisten : Sabar
bu, jangan emosi
Bidana : (karena mendengar keramaian bidan pun keluar
dari ruangannya dan langsung menghampiri) ada apa ini? Kok ribut-ribut?
Dukun : kamu pasti bidannya ya?
Bidan : iya saya bidannya bu. Ada apa kok ibu
marah-marah? Sabar duu bu, jangan emosi
Dukun : bagaimana saya bisa sabar kalau jatah pasien
saya kamu ambil. Saya tidak terima dengan cara kamu.
Bidan : mari kita duduk dulu bu, kita bicarakan
baik-baik dengan cara kekeluargaan.
Dukun : (duduk dengan wajah kesal) pokoknya saya
tidak setuju kalau bu bidan merebut
posisi saya, karena semenjak ibu disini pasien saya semakin sedikit.
Bidan : (duduk berhadapan dengan dukun) jangan
salah paham dulu bu, saya tidak bermaksud merebut pasien ibu ataupun posisi
ibu. Bagaimana kalau kita bekerjasama saja.
Dukun : kerjasama bagaimana? Mana bisa kayak gitu!
Bidan : begini bu saya jelaskan. Nanti saya akan
menangani setiap proses persalinan dan ibu yang menangani perawatan setelah ibu
melahirkan misalnya nifas dan juga perawatan bayinya. Jadi tidak ada yang
merasa dirugikan bu. Bagaimana bu? Apakah ibu setuju atas usulan yang saya
berikan tadi?
Dukun : Ya sudahlah bu kalau begitu. Yang penting
saya tidak kehilangan pekerjaan saya.
Bidan : ya bu, saya berharap dengan adanya kerjasama
ini, kita dapat meningkatkan kesehatan masyarakat di desa ini. Jadi mulai
besok, kita bisa melakukan tugas masing-masing ya bu. Saya menangani persalinan
dan ibu yang menangani perawatan setelah persalinannya.
Dukun : Baiklah bu, kalau begitu saya pamit dulu.
Bidan : oh ya bu, mari saya antar.
Kesimpulan:
POLINDES atau Pondok bersalin desa
adalah Suatu tempat atau lembaga Unit Kegiatan Bersama Masyarakat (UKBM) yang
didirikan oleh masyarakat atas dasar musyawarah sebagai kelengkapan dari
pembangunan kesmas untuk memberikan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan
Keluarga Berencana (KB) dikelola oleh bidan desa (bides) bekerjasama dengan
dukun bayi dibawah pengawasan dokter puskesmas setempat .
Obat Penghancur Batu Empedu
BalasHapus5 Penyebab Sakit Perut Sebalah Kanan
Minuman Penghancur Batu Empedu
Cara Mengolah Daun Tempuyung Untuk Mengobati Batu Empedu
Cara Mengolah Kulit Manggis Untuk Mengobati Batu Empedu
Penyebab Penyakit Batu Empedu
cara mengatasi nyeri haid
BalasHapusThank you for the cooperation you received, hopefully it will work properly.
BalasHapusMakanan Yang Dilarang Bagi Penderita TB Kelenjar
Gejala TB Kelenjar
Your information is really useful. always work
BalasHapuscara mengobati angin duduk
cara mengatasi vertigo mendadak
It's great to be able to share information with you
BalasHapustanaman obat tradisional radang rahim
manfaat jahe untuk infeksi usus besar
gejala dan komplikasi infeksi lambung
I like your article
BalasHapusCara Mengobati Infeksi Usus Besar