Iman Kepada Rasulullah
KATA
PENGANTAR
Bismillahirrahmannirrahim
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah, hanya kepada-Nya kita memuji,
memohon pertolongan dan meminta ampunan. Kita berlindung kepada Allah dari
kejahatan nafsu dan keburukan amal perbuatan kita. Barang siapa yang diberi
petunjuk oleh Allah, maka tiada seorang pun yang dapat menyesatkannnya.
Sebaliknya, barang siapa yang disesatkan-Nya, maka tiada seorang pun yang dapat
memberinya petunjuk.
Alhamdulillah kami dapat menyelesaikan Makalah yang
berjudul “Iman Kepada Rasulullah” sebagai analisis untuk melihat bagaimana jejak
para rasul yang patut kita teladani dan harus kita percayai.
Didalam makalah ini, kami akan membahas tentang Nabi
Ibrahim A.S yang dilihat dari beberapa kisah dan perjalanan Nabi Ibrahim A.S.
Kami hanya dapat berdoa, kiranya apa yang Kami tulis
disini bermanfaat bagi kita semua. Ucapan terima kasih kepada guru Pendidikan
Agama Islam kami yaitu “Bapak Haris” yang telah mendukung dan membantu kami
dalam menyelesaikan makalah ini. kami sadar bahwa apa yang kami tulis masih
sangat jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kritikan dan saran yang sifatnya
membangun dari para pembaca sangat kami harapkan.
Akhir kata, mohon maaf apabila terdapat banyak
kesalahan dalam makalah ini. Dan hanya kepada Allah swt kita berlindung dan
memohon ampun.
Billahi Taufiq Walhidayah.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Banyuwangi, Oktober 2011
Tim
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................. i
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
BAB 1
PENDAHULUAN...................................................................................................... 1
B. Tujuan...................................................................................................... 3
BAB 2
PEMBAHASAN........................................................................................................ 4
A. Pengertian Sistem Politik.......................................................................... 4
B. Suprastruktur dan Infrastruktur
Politik Indonesia................................. 5
C.
Macam-Macam Sistem Politik................................................................. 8
D.
Sistem Politik Otokrasi Tradisional
BAB 3PENUTUP................................................................................................... 12
A.
Kesimpulan................................................................................................. 12
B.
Kritik dan Saran.......................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA 16
BAB 1
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
B.
TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan
makalah ini, yaitu :
·
Membuat para siswa lebih memahami tentang Sistem Politik khususnya di Indonesia.
·
Agar kita dapat mengetahui bagaimana pentingnya Sistem
Politik dalam kehidupan kita sehari-hari.
·
pembaca dapat memiliki pengetahuan, keterampilan dan karakter
kewarganegaraan.
BAB 2
PEMBAHASAN
A. NABI
IBRAHIM A.S
1. Kekuasaan
Raja Namrud
Negeri
Babylon subur tanahnya, makmur rakyatnya. Di dalam sejarah dunia disebutkan
bahawa rakyatnya maju, bahkan dari sanalah asal usul kemajuan dunia ini. Tetapi
lain keadaannya di zaman hidupnya Nabi Ibrahim. Memang subur dan makmur
rakyatnya, tetapi picik dalam pengetahuan, bergelumang dalam dunia kegelapan
dan kebodohan.
Di
negeri yang subur dan rakyat yang makmur tetapi bodoh itu, memerintah seorang
Raja yang hanya menjalankan kehendak nafsu dan dirinya sendiri. Itulah dianya
Raja Namrud bin Kanan bin Kusy. Di tangannyalah letak segala kekuasaan. Dia
yang memutuskan tiap tiap perkara. Apa saja yang dikatakannya, itulah undang undang
yang harus dijalankan oleh rakyatnya. Bila ada seorang saja yang membantah
kata-kata Raja, dinyahkan orang itu dengan kekuatan mata pedang. Karenanya tak
seorang juga rakyat yang dapat menjalankan akal dan fikiran sendiri. Tetapi
hanya tunduk kepada apa yang diperintahkan si Raja, sekalipun bagaimana juga.
Rakyat semakin jauh terperosok ke lembah kegelapan dan kebodohan.
Raja itu pulalah yang memerintahkan membuat patung
dari batu. Dan telah menjadi kegemaran Raja itu untuk memuja muja patung batu
yang terbaik. Kemudian si rakyat banyak diperintahkan sang Raja
menyembah-nyembah patung dari batu itu. Itulah Tuhan, kata Raja, sedang rakyat
hanya diberi kesempatan untuk tunduk saja. Hal itu lama kelamaan menambah
bodohnya rakyat, sehingga dengan rakyat yang bodoh itu, keadaan masyarakat
bertambah buruk dan kacau juga.
Sesudah keadaan menjadi kacau dan rusak
serusak-rusaknya, Raja Namrud yang berkuasa itu pada suatu malam bermimpi dalam
tidurnya, bahwa ia melihat seorang anak kecil melompat masuk ke dalam kamarnya,
lalu merampas mahkota yang sedang dipakainya di atas kepalanya, lalu
menghancurkan mahkota itu. Setelah ia terbangun, ia termenung memikirkan
mimpinya yang luar biasa itu. Hampir seluruh manusia yang rusak kepercayaan,
dahulu dan juga sampai sekarang ini amat percaya kepada mimpi-mimpi, bahkan
menggantungkan nasib mereka kepada mimpi-mimpi itu. Termasuk Raja-raja yang
sedang berkuasa, sebab banyak di antara Raja-raja yang berkuasa besar itu di
zaman purbakala adalah terdiri dari orang-orang yang bodoh-bodoh, tetapi
berkuasa karena pengaruh keturunan semata-mata.
Raja
Namrud termasuk salah seorang Raja yang bodoh itu. Karena kebodohannya ia tidak
dapat mempergunakan akal yang diberikan Tuhan kepadanya, lalu ia mempercayakan
nasibnya kepada tukang-tukang tenung atau dukun-dukun tukang ramal. Kepada
tukang-tukang tenung itulah ia bertanya segala perkara, lebih-lebih tentang
mimpi-mimpi atau keadaan yang akan datang mengenai nasibnya. Raja Namrud segera
memanggil tukang-tukang tenungnya menanyakan apa arti mimpi yang dilihatnya
itu. Tukang-tukang tenung itu mengatakan kepadanya, bahwa akan lahir seorang
anak, sedang setelah anak itu besar, anak itu akan berpengaruh besar pula pada
Raja Namrud tersebut. Dan karena besarnya pengaruh anak itu, maka akan hilanglah
semua kekuasaan yang ada di tangannya. Akhirnya Namrud akan jatuh dan
mahkotanya akan hilang. Karena tabir mimpi menurut apa yang dikatakan
tukang-tukang tenung itu, Raja Namrud memutuskan dan memerintahkan untuk
membunuh semua anak yang dilahirkan, agar jangan sampai jatuh kekuasaan atau
mahkota yang ada di kepalanya.
2. Kelahiran
Nabi Ibrahim A.S
Di saat itu ibu Ibrahim sedang mengandung,
menghamilkan Ibrahim dalam perutnya. Karena takut bayi yang dikandungnya itu
setelah lahir akan dibunuh oleh Raja Namrud, maka ibu Ibrahim lari
menyembunyikan diri ke suatu gua di luar kota, dimana ia akhirnya melahirkan
anaknya seorang laki-laki yang diberi nama Ibrahim. Begitulah menurut
ceritanya, Ibrahim sejak dilahirkan sampai dan selama masa kanak-kanak
dibesarkan di dalam gua itu, disembunyikan oleh ibunya. Di sanalah ia
disusukan, diasuh, dibesarkan sampai ia menjadi agak besar.
Setelah agak besar dan mulai dapat menjalankan
fikirannya, di kala ditinggalkan oleh ibunya pergi ke kota mencari makanannya,
Ibrahim mencoba melihat ke luar gua dari celah-celah batu yang menutup pintu
guanya. Ibrahim tercengang dan kagum melihat luasnya alam di luar guanya yang
sempit itu. Luas dan luas sekali alam (bumi) ini dilihatnya, berpinggiran langit
yang biru, terdiri dari dataran dan gunung-gunung serta jurang-jurang, penuh
dengan tumbuh-tumbuhan dan tanam-tanaman. Di waktu siang ada matahari bersinar
terang, di waktu malam gelap-gulita, hanya diterangi oleh bintang-bintang yang berkedip-kedipan
bertebaran sebanyak banyaknya di angkasa luas.
Akhirnya ia bertambah besar dan akalnya bertambah
maju. Ia bukan hanya tertarik dan tercengang melihat keindahan dan kehebatan
alam luas, bermatahari, berbintang dan bertumbuh-tumbuhan, tetapi akhirnya
berfikir pula siapa yang menciptakan semuanya itu, siapa yang mengaturkan
sedemikian rupa. Ia bertanya dalam hatinya: “Siapakah yang mempergilirkan malam
dan siang?” lalu “Siapakah yang menjalankan matahari, bulan dan bintang-bintang?”
dan “Siapakah yang menumbuhkan tanam-tanaman dan tumbuh-tumbuhan?” serta “Siapakah
yang menghidupkan segala yang hidup dan yang mematikan segala yang mati?”
Sampailah Ibrahim kepada taraf mencari jawapan
dari semua pertanyaan yang demikian itu. Ia tidak mempunyai teman untuk bertanya,
selain ibunya yang datang hanya sebentar-sebentar saja sekadar menghantarkan
makanan dan minuman baginya. Sekalipun ia menanyakan juga pertanyaan-pertanyaan
tersebut kepada ibunya, tetapi ibunya tak mempunyai perhatian terhadap pertanyaan-pertanyaan
semacam itu, sebab perhatian ibunya hanya tertuju bagaimana caranya
menyembunyikan Ibrahim agar jangan diketahui oleh seorang manusia pun, agar
jangan dibunuh Raja. Hal yang lain yang menjadi perhatian ibunya ialah bagaimana
dapat memperoleh makanan dan minuman bagi Ibrahim, dan bagaimana cara
menghantarkan makanan dan minuman itu kepada Ibrahim agar jangan diketahui
orang lain. Ya, Ibrahim terpaksa mencari dan memikirkan sendiri jawapan dari
segala pertanyaan yang muncul di otak atau fikirannya itu.
Akhirnya setelah ia agak besar, akalnya yang
murni, fitrahnya yang suci, yang tidak dikotorkan dan dipengaruhi oleh siapa
dan oleh apa pun, tidak pernah dipengaruhi oleh berbagai-bagai kepercayaan
palsu yang dipercayai oleh orang banyak, dengan semata-mata atas kekuatan akal
dan fikirannya sendiri yang diberikan Allah kepadanya, ia dapat meyakinkan
adanya Tuhan yang menciptakan seluruh alam yang ada. Dan Tuhan itu pasti Maha
Besar, Maha Mengetahui segala, dan pasti Maha Esa. Di sinilah letak kehebatan
Nabi Ibrahim itu.
3. Kehidupan
Nabi Ibrahim di Masa Remaja
Sejak masa muda remajanya, tanpa seorang guru
atau pengasuh, hanya semata-mata dengan akal yang dikurniakan Allah kepadanya
saja, ia sudah dapat mempergunakan akal itu sehingga memperoleh ilmu
pengetahuan dan keyakinan (kepercayaan) yang tidak dapat dicapai oleh orang
lain, sekalipun orang lain itu hidup di alam bebas, memperoleh harta kekayaan
atau pangkat yang tinggi seperti Raja Namrud itu. Memang benar juga kalau ada
sebahagian orang berpendapat, bahwa dengan akal atau fikiran semata-mata, manusia
harus dapat mempercayai akan adanya Allah dan semua kebesaranNya, harus dapat
mempercayai bahwa Allah itu Maha Tunggal dan tidak ada Tuhan selain Allah itu.
Benar pula pendapat manusia yang mengatakan,
bahwa kadang-kadang ilmu pengetahuan yang diperoleh manusia tidak secara ikhlas
dan murni, atau harta kekayaan dan pangkat-pangkat yang tinggi, tidak
menjadikan manusia bertambah pintar, melainkan menjadikan manusia bertambah
bodoh. Dan karena kebodohannya itu, mereka yang berilmu, yang berharta dan berkuasa
itu sampai tak percaya kepada Allah Pencipta, malah menyembah berhala-berhala,
patung-patung dan mempercayai tukang-tukang tenung atau dukun-dukun palsu. Demikianlah
kehebatan Ibrahim. Pantaslah kalau Allah di dalam Kitab SuciNya al-Quran,
mengucapkan salam kepada Ibrahim: Salamun ala Ibrahim (salam kepada Ibrahim).
Sepatutnyalah kalau setiap orang yang beriman, yaitu
kita orang Islam, lima kali kita mengerjakan sembahyang dalam sehari semalam,
lima kali kita mengucapkan selawat dan salam kepada Ibrahim dan keluarga
Ibrahim yang beriman kepadanya, sesudah kita mengucapkan selawat dan salam
kepada Muhammad dan semua keluarganya yang beriman kepada Muhammad. Setelah
Ibrahim menjadi remaja, bahaya pembunuhan terhadap anak anak yang baru lahir
sudah dilupakan dan tak dijalankan lagi, Ibrahim keluar mencemplungkan dirinya
ke dalam masyarakat manusia yang bergelumang dengan kebodohan dan kepercayaan-kepercayaan
yang rusak itu. Ia dapati manusia seluruhnya sudah sesat. Mereka melakukan
berbagai-bagai kejahatan, menyembah berhala-berhala dan patung-patung, ada pula
yang menyembah bintang, bulan dan matahari.
Bapaknya sendiri bekerja membuat patung-patung
dari kayu atau batu, lalu menjual patung-patung itu kepada orang-orang. Patung-patung
itu mereka sembah. Termasuk yang menyembah patung-patung itu bapaknya sendiri
yang membikin patung-patung itu sendiri. Ibrahim mengeluh dan mengeluh. Ia
mengeluh kepada Tuhan: Oh Tuhan, aku menderita, yaitu penderitaan batin,
melihat kemungkaran dan kesesatan. Untuk apakah gerangan akal yang dikurniakan
Tuhan, mereka pergunakan? Apakah semata-mata untuk membuat kerusakan dan
mencari kekayaan? Ia berdoa: Oh Tuhan, tunjukilah aku, kalau Tuhan tidak
menunjuki akan daku, sungguh aku akan menjadi sesat sebagai orang banyak yang sesat
dan aniaya itu.
Allah lalu memberikan petunjuk kepada Ibrahim.
Dia diangkat Allah menjadi Nabi dan Rasul. Kepadanya dikirimkan wahyu-wahyu, sehingga
keyakinannya kepada Allah Pencipta, sekarang ini bukan lagi sebagai kesimpulan
pendapat dan pemikiran semata, melainkan sebagai iman atau kepercayaan yang tak
goyah atau goncang lagi. Allah mengajarkan kepadanya segala sesuatu dan segala
rahasia yang ada di balik alam nyata yang di lihat Ibrahim. Diajarkan Allah
kepadanya bahwa disebalik alam nyata ini ada alam ghaib yang lebih luas. Setiap
manusia yang mati akan dihidupkan kembali dalam kehidupan di alam Akhirat nanti.
Setelah bertahun-tahun lamanya Ibrahim memikirkan
alam nyata ini, fikiran Ibrahim sekarang ini tertumpah ke alam Akhirat itu.
Timbul pertanyaan dalam hatinya bagaimana caranya Tuhan dapat menghidupkan
semua manusia yang sudah mati itu dialam Akhirat nanti. Sekalipun ia sudah
yakin akan kehidupan dialam Akhirat itu, tetapi ia ingin tahu bagaimana caranya
Tuhan menghidupkan manusia di alam Akhirat. Ia berfikir dan bermenung lagi,
ingin tahu bagaimana caranya Tuhan menciptakan dan menghidupkan segala yang ada
dan yang hidup ini. Bagaimana juga diikhtiarkannya untuk mendapatkan
penyelesaian dari apa yang direnungkannya ini, ia tak berhasil mendapatkannya,
karena yang difikirkannya ini adalah di luar letak kemampuan akal dan fikiran
manusia, termasuk akal dan fikiran Ibrahim sendiri. Dia menjadi gelisah dan tak
tenang kembali.
Lalu Nabi Ibrahim berdo’a memohonkan kepada
Allah, agar Allah memperlihatkan kepadanya, bagaimana Allah mengadakan kebangkitan
itu, bagaimana caranya Allah menghidupkan apa yang sudah mati itu kembali. Karena
doa yang luar biasa ini, Allah lalu bertanya kepada Ibrahim: Apakah engkau
belum beriman, ya Ibrahim ? Ibrahim menjawab: Sekali-kali tidak, ya Tuhanku;
bukankah Engkau telah memberi wahyu kepadaku, dan aku telah percaya dan
membenarkannya, tetapi dalam hal ini adalah semata-mata supaya lebih terang
kepadaku dan lebih tenang jiwaku ini. Permohonan Nabi Ibrahim ini dikabulkan
Tuhan. Lalu diperintahkan Tuhan agar Ibrahim mengambil (menangkap) empat ekor
burung. Supaya masing-masing burung empat ekor itu dipotong-potong, diceraikan
setiap anggota tubuhnya, supaya Ibrahim melihat sendiri bagaimana cara burung
itu dijadikan hidup lagi oleh Tuhan Allah.
Potongan-potongan kecil dari keempat ekor burung
itu, dihancur lumatkan menjadi serbuk yang halus, lalu dicampur-adukkan semuanya.
Campuran itu lalu disuruh bagi menjadi empat longgok. Masing masing longgok itu
disuruh taruhkan di atas puncak keempat-empat bukit yang berjauh-jauhan pula
letaknya itu. Kepada Nabi Ibrahim lalu diperintahkan Allah memanggil burung-burung
yang sudah hancur lumat itu. Baru saja Nabi Ibrahim memanggilnya, masing-masing
longgok burung yang hancur itu lalu terbang menjadi burung biasa kembali.
Berbulu, berparuh, tak ada beda sedikit juga dengan burung burung itu sendiri sebelum
hancur menjadi satu. Masing-masing burung itu menuju kepada Nabi Ibrahim, agar
Nabi Ibrahim dapat melihat dengan mata kepalanya sendiri, bagaimana caranya
Tuhan menghidupkan apa yang sudah mati dan hancur. Dengan cara dan dengan
semudah itu pulalah Allah nanti akan menghidupkan dan membangkitkan semua
manusia yang sudah mati di kampung Akhirat, untuk dihisab dan diperhitungkan segala
amal dan kejahatan tiap-tiap manusia. Untuk di adili dan dibalas setiap amal
itu dengan pembalasan yang setimpal. Amal baik dengan balasan yang baik, dan
amal jahat dengan balasan yang jahat pula. Bila Allah telah menghendaki
sesuatu, maka tidak ada seorang pun yang dapat menghalangi adanya sesuatu itu.
Sungguh Allah Maha Kuasa dan Maha Bijaksana.
B.
NABI IBRAHIM DAN BAPANYA
Azar, begitulah nama bapa Nabi Ibrahim. Juga
seorang yang dengan asyik menyembah batu-batu patung, bahkan orang yang membuat
patung-patung itu dan menjualnya untuk disembah manusia yang membelinya. Ibrahim
tahu, bahwa bapanyalah manusia yang paling dekat kepadanya. Sebab itu bapanya
sendiri itulah yang harus pertama kali ditunjuki dan dihindarkannya dari
kesesatan, diberi nasihat sepanjang apa yang diajarkan Allah kepadanya. Terhadap
bapanya itu, Nabi Ibrahim sangat hati-hati, sebagai penasihat, tetapi pula
sebagai anak, Nabi Ibrahim sekali kali tidaklah menghina atau merendahkan akan
apa-apa yang disembah bapanya itu. Di aturlah oleh Ibrahim kata-kata dengan susunan
yang paling baik dan menarik hati, dikeluarkan kalimat demi kalimat yang sudah
diaturnya itu dengan suara yang lunak, berlemah lembut, bersopan santun, dengan
cara yang penuh hormat sekali kepada orang tuanya sendiri.
Mula mula sekali disebutkannya bahwa dia sendiri
adalah anak dari bapanya itu sendiri. Kemudian mulai Ibrahim bertanya pertimbangan
dan alasan-alasan apakah yang menyebabkan bapanya menyembah batu patung itu.
Akhirnya dengan cara yang halus, dinyatakannya kepada bapanya, bahwa dia mendapat
ilmu dan wahyu dari Allah, mendapatkan keterangan-keterangan yang tidak didapat
oleh bapanya sendiri. Dengan hormat dan khidmat, budi dan sopan, tutur demi
tutur kata yang teratur, Ibrahim mengajak bapanya sendiri untuk percaya kepadanya,
untuk sama-sama mengenal Allah bersama dia, kemudian agar menyembah Allah dan
meninggalkan batu patung yang tak mendatangkan sesuatu apapun itu. Tetapi
bagaimana juga dicoba oleh Ibrahim untuk menarik hati bapanya, sia-sia belaka.
Bapanya bukan bertambah insaf dan dekat dengan pendiriannya, malah bertambah
sesat dan jauh dari yang dicita-citakan Ibrahim sendiri.
Akhirnya bapanya berkata: Apakah engkau benci
kepada tuhanku, hai Ibrahim? Kalau engkau tidak kembali dari tindakan engkau
itu engkau akan saya lontar dengan batu, akan saya hancurkan badanmu itu.
Engkau akan tahu sendiri bagaimana jadinya kalau saya sudah marah. Sebelum saya
marah, lebih baik engkau pergi saja, tidak ada tempat lagi buatmu di rumahku
ini, dan tidak ada pula tempat bagimu dalam hatiku. Semua sanggahan dan
bantahan bapanya itu, disambut oleh Ibrahim dengan lapang dada, ketenangan
hati, ketetapan jiwa. Kepada Ibrahim tidak dibolehkan oleh Allah bertindak
lebih jauh selain menjawab semua itu dengan apa yang diwahyukan Tuhannya:
Salamku dan selamat tinggal kepada bapa, saya mohon ampunan Tuhan bagi bapa,
karena bapaku harus ku hormati, dan aku mohonkan ampun bagimu hai kaumku atas apa
yang kamu sembah selain Allah, dan aku berdoa kepada Tuhanku, mudah-mudahan
Tuhan tidak menjadikan doaku ini pangkal kesengsaraan.
Nabi Ibrahim berangkat dan pergi dengan sedih
memukul hatinya, karena anjurannya tidak dapat disambut dengan telinga terbuka
oleh bapanya sendiri. Dia mengasingkan diri dari bapanya, agar jangan ikut
serta menyaksikan kesesatan dan kesyirikan itu.
C.
PANCAROBA NABI IBRAHIM
Kegagalan Ibrahim untuk membetulkan bapanya
sendiri, dan sanggahan bapanya terhadap seruannya yang berhati-hati dan bijaksana
itu, tidaklah menjadikan Ibrahim putus asa, sehingga berhenti berusaha. Hatinya
yang tetap, jiwanya yang tenang, tetap memberikan keyakinan kepadanya, bahwa
kata-kata yang tersusun rapi, anjuran-anjuran yang suci murni saja, belum tentu
dapat membawakan hasil yang baik, bekas yang berguna di atas muka bumi yang didiami manusia
ini. Dia bersiap untuk menghadapi bangsa itu dengan kata-kata yang lebih sesuai
dengan pendengaran orang yang masih begitu pengertian mereka, lebih mudah
dimasukkan ke dalam fikiran dan diterima oleh akal. Dan kalau perlu, tidak
dengan kata-kata saja, tetapi dengan tindakan yang dapat dilihat dengan mata
dan dirasa dengan anggota badan, yang sesuai pula dengan keadaan yang ada.
Sebagai seorang doktor, dicarinya pokok dan sebab
penyakit, lalu dibubuhkannya ubat yang sepadan buat penyakit itu, dan keadaan
orang yang menderita penyakit. Ibrahim bertanya kepada mereka, dengan
pertanyaan yang gampang sekali: Apakah yang kamu sembah itu? Mereka jawablah dengan
apa yang mereka sembah, yaitu patung-patung yang sudah sama diketahui. Bertanya
pula Ibrahim kepada mereka: Melihatkah gerangan patung patung itu kepada kamu
menyembahnya, dan adakah patung-patung itu mendengarkan apa yang kamu katakana kepadanya
ketika kamu menyembah itu? Manfaat apa yang dapat diberi-kan patung-patung itu
kepadamu, atau mudharat apa yang dapat dihasilkannya kepadamu ?
Mulailah kaum itu bimbang dan ragu dalam
memberikan jawaban mereka. Mereka hanya dapat berkata dan menjawab begini:
Karena demikianlah yang kami jumpai dari nenek moyang kami sejak dahulu. Alangkah
buruknya pekerjaan meniru itu, bertaqlid buta terhadap apa yang ada. Sungguh
kamu dan nenek moyangmu itu adalah dalam kesesatan yang nyata, jelas Ibrahim. Apakah
engkau sengaja menghina kami, hai Ibrahim, ataukah engkau semata-mata bermain
main dengan kami? kata mereka pula. Aku berkata dengan sebenarnya, aku tidak
pernah bermain main. Aku membawa kepadamu agama yang benar, saya diutus Allah
kepadamu membawa pedoman dan petunjuk yang baik.
Tuhan yang patut kamu sembah ialah Tuhan yang
menciptakan langit dan bumi. Adapun patung-patung yang kamu sembah itu hanya
batu-batu yang diukir yang tak dapat berbuat apa-apa. Kamu sembah dia karena
ajakan setan belaka, untuk menyesatkan kamu. Fikirlah dengan akalmu, lihatlah
dengan matamu, mudah-mudahan kamu dapat melihat petunjuk ini! Tuhan itulah yang
menjadikan aku ini lalu memberi petunjuk kepadaku, yang mengadakan makanan dan
minumku; kalau aku sakit, Dialah yang menyembuhkan, yang mematikan dan menghidupkan
aku kembali, kepadaNyalah aku tak bosan bosan memohon ampun atas kesalahanku di
hari perhitungan nanti.
Telah menjadi adat kebiasaan yang tetap bagi
bangsa Babylon itu setiap tahun mengadakan hari raya besar. Di hari itu semua anak
negeri keluar meninggalkan kota, pergi berburu, setelah menyediakan
masakan-masakan dan makanan yang lezat yang diletakkan di samping tiap-tiap
patung yang mereka sembah itu. Sepulangnya dari pemburuan itu, mereka makanlah
bersama-sama akan semua makanan itu di samping patung-patung dengan riang
gembira, serta memuja-muja patung itu.
D.
API YANG TIDAK DAPAT MEMBAKAR
Keputusan untuk membakar Nabi Ibrahim sudah
tetap, dengan api yang bergejolak sebesar besarnya, sesuai dengan gejolakan kemarahan
yang ada dalam hati mereka semuanya, dengan longgokan kayu api yang setinggi
bukit. Untuk ini semua, masing-masing rakyat, kecil besar, lelaki dan perempuan
dalam waktu beberapa hari lamanya mengumpulkan kau api sebanyak mungkin. Yang
paling banyak membawa kayu, paling besar pahalanya menurut ajaran agama mereka
yang sesat itu, makin dicintai mereka itu oleh Tuhan-Tuhan mereka yang terdiri
dari batu-batu berhala itu. Kayu telah dilonggokkan dengan sebanyak-banyaknya,
setinggi bukit. Sedang di tengah-tengah kau api yang setinggi bukit itulah Nabi
Ibrahim dipaksa berdiri untuk dibakar menjadi abu. Nabi Ibrahim digiring ke
tengah-tengah onggokan kayu yang sudah mulai bernyala-nyala dimakan api. Tidak
gentar sedikit jua, dan tidak pula ada sesalan.
Imannya tetap, keyakinan penuh. Karena
menjalankan perintah Allah dia akan dibakar, dan hanya Allah pulalah yang dapat
menyelamatkan dirinya dari siksa manusia yang bagaimana juga hebatnya.
Kepercayaan Ibrahim atas perlindungan dan pertolongan Allah kukuh dan kuat sekali.
Api mulai berkobar-kobar, menyala-nyala dengan warnanya yang merah, dengan
bunyi Berderak-derik, dengan asap yang bergumpal-gumpal ke udara. Seakan akan
bumi yang luas ini turut terbakar ketika itu. Demikianlah api yang bergejolak
itu. Nabi Ibrahim sekarang ini berada di tengah-tengah api diselubungi oleh
asap yang bergumpal-gumpal. Bagaimanakah jadinya dengan Nabi Ibrahim? Semua
kayu sudah menjadi bara yang merah, akhirnya beransur-ansur menjadi abu,
sehingga habis sama sekali.
Alangkah terkejutnya si orang banyak, setelah api
padam seluruhnya setelah berkobar dalam waktu berpuluh-puluh jam lamanya. Nabi
Ibrahim keluar dari tumpukan abu dengan selamat, jangankan akan luka dan
terbakar, satu cacat pun tidak ada pada badan Nabi Ibrahim. Api itu pun tunduk
kepada perintah Tuhannya untuk menjadi dingin, dan malah menyegarkan akan
perasaan Nabi Ibrahim, dicium sayang oleh api yang taat kepada Tuhannya itu. Melihat
keadaan itu, orang banyak sama berpaling menghindarkan muka satu sama lain, mau
berpandangan wajah. Masing-masing mau menyembunyikan mukanya masing-masing,
lebih-lebih terhadap pandangan mata Nabi Ibrahim sendiri.
Dengan kejadian itu, berlakulah satu kejadian
besar yang di lihat sendiri oleh mata si orang banyak yang ingkar, satu
mukjizat kebenaran Ibrahim, satu ayat tanda kebesaran Allah. Dengan kejadian
itu, yang sebenarnya orang banyak sudah mau tunduk kepada Ibrahim dan
kebenarannya. Tetapi pengaruh Raja dan pemimpin mereka, pengaruh sentimen dan malu
muka terhadap Ibrahim, umumnya mereka itu tetap
membangkang atas ajakan yang benar itu, hanya
sedikit saja yang turut menurutkan arus kebenaran yang menderas itu. Banyak pula
yang terus ingkar karena mempertahankan penghidupan dan pangkat duniawi, ada
pula yang takut mati dan siksaan manusia yang memaksa mereka.
E.
IBRAHIM DAN PENGIKUTNYA
Ibrahim pergi dengan tongkatnya. Meninggalkan kampung
halaman dan bangsanya. Mencari orang yang sekiranya mau mendengarkan kata
katanya. Kalau orang yang dicari itu tidak ada di kalangan bangsanya sendiri,
dari kalangan bangsa dan negeri lain pun jadi. Hanya untuk sama-sama menyembah
Allah. Sama-sama meninggalkan kesesatan dan kejahatan. Di gunung dan padang
pasir yang tandus, Nabi Ibrahim berjalan.
Di kala matahari sudah terbenam, dan malam sudah
datang, gelap-gelita telah menutup dan menyelubungi bumi, maka tampaklah
berkerlipan beribu-ribu bintang di langit yang luas itu. Dilihatnya orang-orang
yang dijalaninya itu menyembah akan bintang-bintang. Nabi Ibrahim berkata
kepada mereka: Ya, itulah tuhan saya ! Di sini tampak bagaimana caranya Nabi
Ibrahim mengajar kepada orang berkepercayaan bintang sebagai tuhan.
Diturutkannya kepercayaan orang itu sejenak, untuk dibawanya ke arah yang benar
dengan cara berkata-kata dan bercengkerama belaka.
Kemudian ketika bintang yang berkelip-kelip itu
telah tenggelam, maka Ibrahim memperlihatkan marahnya kepada bintang-bintang
itu di hadapan mereka yang menyembah bintang itu sendiri dengan berkata: Saya
tidak suka kepada tuhan yang meninggalkan aku dalam gelap, yang berpindah-pindah,
dan berubah-ubah. Aku sekali-kali tidak cinta kepada tuhan yang demikian itu.
Ketika itu muncullah bulan purnama dengan wajahnya
yang bulat, cahayanya yang terang, jauh lebih terang dari cahaya bintang-bintang,
karena lebih besar. Lalu Ibrahim berkata kepada mereka: Inilah tuhanku! yaitu
semacam kata-kata untuk membawa dan membimbing perasaan mereka ke jalan yang benar.
Tetapi bulan itupun akhirnya tenggelam pula, sehingga tinggallah Ibrahim dan
kawan-kawannya itu tanpa bulan, gelap-gulita. Ketika itu berkata pulalah
Ibrahim di hadapan mereka: Kalau tuhan itu tidak menerangi saya lagi, tentu
tersesat jalanku. Ia menerangkan kepada mereka, bahwa Tuhan yang sebenarnya
harus memberi penerangan, menunjuk jalan yang benar. Sedang bulan itu timbul
dan tenggelam, tidak selamanya menerangi.
Apalagi setelah Ibrahim melihat matahari dengan
sinarnya yang membahang itu. Dengan kagum dan tercengang hebat di hadapan orang
banyak itu ia berkata: Inilah tuhanku! Lihatlah cahayanya yang memenuhi angkasa
dan dunia, sehingga bumi penuh dengan perasaan hidup dan bahagia kerananya.
Jauh lebih besar dari bintang dan bulan, lebih banyak manfaat. Tetapi akhirnya
matahari itupun tenggelam pula, dengan lebih marah lagi berkata Ibrahim
terhadap matahari, bahwa diabukan Tuhanmu dan sungguh sesat orang yang
menyembah mata-hari itu. Di situ diterangkanlah oleh Ibrahim, bahawa bintang,
bulan dan matahari itu sendiri dijadikan oleh Allah Yang Maha Kuasa. Allah
inilah yang seharusnya kita sembah, kita hormati dan kita puja. Setelah
memaklumkan kepada mereka, bahawa dia tidak akan mengikuti menyembah bintang
bintang, bulan dan matahari, lalu dia berkata: Saya menghadapkan muka saya
hanya terhadap Tuhan yang telah menjadikan langit dan bumi, dan saya tidak
termasuk orang orang yang syirik.
NABI IBRAHIM MELAWAN RAJA NAMRUD
Melihat kejadian hebat yang luar biasa itu, Raja
Namrud yang menganggap dirinya maha kuasa itu mulai takut dan khuatir. Tetapi
karena kekuasaan ada pada tangannya, ketakutan dan kekhuatiran itu
disalurkannya, dirubah menjadi kemarahan besar terhadap Ibrahim. Nabi Ibrahim
dipanggil, dihadapkan ke hadapannya dan berkata dengan menuduh: Engkau telah menyebarkan
fitnah yang jahat sekali. Apakah Tuhan yang engkau ajarkan itu? Apakah ada lagi
Tuhan selain saya sendiri? Sayalah yang menjadi tuhan harus disembah. Sayalah
yang mengatur dan dapat merusak segalagala yang ada ini. Siapakah yang lebih
tinggi kuasanya dari saya? Hukum yang saya tetapkan mesti berlaku, putusan yang
saya tetapkan harus jalan. Semua orang tunduk kepadaku. Kenapa kamu keluar dari
anutan yang diturut oleh si orang banyak. Apa berani engkau menentang saya? Ibrahim
menjawab dengan sikap yang tetap dan tegas, dengan kata yang teratur,
menyatakan: Allahlah Tuhan yang disembah, yang lebih kuasa dari orang yang
pernah berkuasa, menghidup dan mematikan, pencipta langit dan matahari. Tetapi
engkau, ya Namrud, mendapat kekuasaan dengan jalan yang tidak halal,
engkau berkata dengan alasan alasan yang palsu.
Saya dapat hidup ini adalah kerana perlindungan dari Tuhan itu. Tangkisan
Ibrahim itu dijawab oleh Namrud dengan suara keras: Akulah yang menghidupkan
dan mematikan. Namrud lalu memerintahkan pengawalnya untuk mendatangkan dua
orang budaknya. Setelah kedua orang budak itu datang, Namrud lalu berkata
kepada Nabi Ibrahim: Akan engkau lihat sendiri, seorang
dari kedua budak ini akan saya matikan dan
seorang lagi akan saya hidupkan. Sambil berkata demikian, Namrud mencabut
pedang dari sarungnya. Tanpa rasa kasihan sedikitpun, salah seorang di antara
kedua budak tadi dipotong lehernya dengan pedang sehingga mati. Dan yang
seorang lagi dibiarkannya hidup. Lalu
dia berkata kepada Ibrahim: Saya menghidupkan dan
saya mematikan. Nabi Ibrahim lalu menjawab: Tuhanku menjalankan matahari itu dari
Timur ke Barat. Cuba kamu jalankan matahari itu dari Barat ke Timur, sekiranya kamu
benar berkuasa. Mendengar tentangan Nabi Ibrahim ini, Raja Namrud tinggal
bersungut tak dapat
menjawab apa-apa. Sejak hari itu, dendam Namrud
terhadap Ibrahim menjadi berterang terangan, sehingga Ibrahim dinyatakan
sebagai musuh satu satunya yang tak boleh diabaikan. Dia takut kalau kalau
Ibrahim mendapat pengikut yang banyak sehingga dapat mengalahkan dia di akhir
kelaknya. Semua itu telah diketahui oleh Ibrahim, yang dia akan dinyahkan oleh
Raja Namrud dengan cara pengecut. Tidak ada lain jalan bagi Nabi Ibrahim,
selain meninggalkan tanah airnya itu dengan diam diam, pergi, terus pergi ke
sana, mengembara ke tempat yang tidak tentu dan belum pernah dikenalnya.
Ditinggalkannya bangsa dan tanah airnya yang celaka itu, dengan seksa Tuhan
yang turun silih berganti tidak henti hentinya. Akhirnya sampailah Nabi Ibrahim
di Palestin. Mulai saat itu bermulalah tarikh dan sejarah Palestin, sejarah
manusia seluruhnya dalam perjuangan menegakkan kebenaran dan kepalsuan, sambung
menyambung sampai saat sekarang ini.
NABI IBRAHIM DI MESIR
Negeri Syam yang didiami Ibrahim itu, tiba tiba
mendapat bahaya penyakit menular, dan penghidupan di situ bertambah lama
bertambah sempit dan sulit. Kerananya lbrahim dan isterinya yang bernama Sarah,
meninggalkan tanah Syam (Palestin, atau Suria), menuju ke Mesir. Sedang di
Mesir ketika itu memerintah seorang Raja dengan kekerasan atau kemahuan diri
sendiri saja. Sarah adalah seorang perempuan cantik sekali parasnya. Dan kecantikannya
inilah yang membawa satu kejadian yang tidak menggembirakan terhadap keluarga
Ibrahim. Raja Mesir yang gagah perkasa itu tertarik hati setelah memandang
wajah Sarah. Ibrahim lalu dipanggilnya ke istana. Ditanya oleh Raja tentang perhubungannya
dengan perempuan itu, maka dia selamanya berdua duaan ke mana saja mereka
pergi. Ibrahim mengerti akan maksud Raja, dan apa yang terkandungdalam hati
Raja itu. Kalau dijawabnya bahawa Sarah itu adalahisterinya, mungkin jawapan
yang demikian itu menimbulkanbencana terhadap dirinya atau terhadap isterinya
sendiri. lalu dijawabnyalah dengan jawaban yang tidak sebenarnya dengan
mengatakan bahwa perempuan itu adalah saudaranya, saudara
dengan pengertian seluas kata, saudara dalam
keturunan, saudara dalam agama, saudara dalam bahasa dan saudara dalam
kemanusiaan. Dengan jawapan ini, ternyata kepada Raja yang perempuan itu belum
mempunyai suami, lalu Ibrahim dan perempuan itu diperintahkan untuk tinggal
dalam istana Raja. Ibrahim pun datang mendapatkan isterinya membawa khabar yang
tidak baik ini dengan berkata: Khabar yang saya bawa ini adalah khabar yang
tidak dibuat buat, dan saya tidaklah main - main. Lalu diterangkannya apa-apa
yang terjadi dan berlaku antara dia dan Raja, apa perintah yang diperintahkan
Raja itu. Dan tidak ada daya upaya berhadapan dengan Raja perkasa yang aniaya
itu selain menyerahkan diri ke hadrat Allah, sebagaimana yang sudah terjadi di
masa yang silam. Ibrahim terpaksa dengan tangannya sendiri menyerahkan isterinya
kepada Raja yang aniaya itu. Sarah sudah diserahkan kepada Raja dalam istana
dengan menyerahkan nasib, dan
keadaan selanjutnya hanya kepada Allah semata
mata. Setiba di istana, kepada Sarah dengan segera diberikan pakaian dan
perhiasan yang sebagus bagus dan semahal mahalnya. tetapi tampak di wajahnya
yang dia sendiri tidak suka tinggal di istana itu, tidak suka kepada semua
pemberian yang berupakan pakaian dan perhiasan yang cantik cantik itu. Istana
yang molek, pakaian dan perhiasan yang bagaimana mahalnya itu tidak dapat melupakan
dia kepada suaminya sendiri, yang dipisahkan dengan dia bukan karena kesalahan
atau perbuatan yang tak baik, tetapi hanya kerana kemahuan seorang Raja yang
gagah perkasa, karena hanya nafsu dari seorang manusia yang mengaku Raja itu. Dia
berserah diri bulat bulat kepada Allah, memegang teguh akan ajaran agamanya,
lalu duduk bertumpang dagu dengan sedihnya. Sering sering Raja masuk ke tempat
Sarah melihat kalau Sarah telah menjadi riang dan gembira, untuk dihampirinya.
Tetapi setiap kali Raja masuk, Sarah terperanjat dan bertambah sedih. Berbagai
bagai jalan diusahakan oleh Raja itu agar Sarah hilang sedihnya, timbul gembira
hatinya, tetapi semua daya upaya dan usaha Raja itu sia sia belaka. Setelah
penat dan letih menjalankan berbagai ikhtiar, akhirnya dengan badan yang lelah,
Raja itu lalu tidur di atas tempat tidurnya. Dari tidurnya itu dia bermimpi, di
mana dinyatakan dalam mimpinya itu. bahawa Sarah itu yang sebenarnya telah mempunyai
suami sendiri, iaitu Ibrahim yang mengaku saudaranya itu. Setelah terbangun
dari tidurnya, maka Raja itu menetapkan akan melepaskan Sarah dan
menyerahkannya kembali kepada suaminya, yaitu Nabi Ibrahim. Dengan jalan
begitulah Allah melindungi Sarah dari fitnah yang amat besar itu. Lama Ibrahim
dan isterinya tinggal di Mesir. Ibrahim dengan segala sifat sifatnya yang
terpuji itu, berusaha mencari rezeki untuk hidupnya. Rezeki banyak, sahabat
kenalannya pun banyak pula. Dia sekarang sudah menjadi orang yang kaya, banyak binatang
binatang ternaknya dan banyak pula harta bendanya. Karena nikmat Allah yang
berlipat-ganda ini, banyaklah manusia asli anak negeri sendiri yang menjadi
dengki dan hasad terhadap Nabi Ibrahim. Bukan hanya hasad dan dengki dalam
hati, tetapi tampaknya mereka telah memutuskan akan menjalankan sesuatu yang
akan mencelakakan terhadap Ibrahim dan isterinya. Nabi Ibrahim terpaksa pula
meninggalkan negeri Mesir yang hanya memberinya harta kekayaan dan tidaklah
dapat memberikan kebahagiaan itu. Nabi Ibrahim kembali menuju ke Palestin,
tempat yang sudah
lama ditinggalkannya itu. Sejak mulai saat itu,
dijadikannyalah Palestin itu tanah airnya sendiri. Dan kota yang ditempati itu dijadikan
tempat suci untuk menyembah Allah. Lama sekali Ibrahim tinggal di Palestin
sehingga dari keturunannya inilah boleh di katakan semua Nabi dan Rasul yang
datang kemudian.
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih :-)