Pernapasan pada Serangga
A.
Tujuan
Memahami pernapasan pada serangga & pengaruh berat tubuh serangga
terhadap pemakaian oksigen.
B.
Tempat dan tangal Pelaksanaan Praktikum
Laboratorium Biologi SMAN 1 Glagah Bwi, 7 Maret 2012
C.
Alat & Bahan
v
Alat :
1.
Alat respirometer
2.
Timbangan
3.
Pipet tetes
4.
Stopwatch
v
Bahan :
1.
Serangga
2.
Kristal KOH / NaOH
3.
Silica gel
4.
Eosin
5.
Vaselin / Wing
D. Cara Kerja
1)
Menyiapkan alat & bahan
praktikum.
2)
Membungkus Kristal KOH / NaOH &
silica gel dengan kain kassa, lalu masukkan ke dasar alat respirometer.
3)
Menimbang belalang sebelum perlakuan.
4)
Memasukkan belalang kecil ke dalam
botol respirometer (muka belalang menghadap ke bungkus Kristal KOH / NaOH).
5)
Mengolesi sambungan pipa & tutup
botol dengan wing. Pastikan sambungan tidak bocor.
6)
Memasukkan larutan eosin ke dalam
pipa berskala.
7)
Mengamati perubahan kedudukan eosin
pada 5 menit pertama, kedua, dan ketiga.
8)
Menghitung konsumsi oksigen rata-rata
per berat badan per menit.
9) Buat tabel hasil pengamatannya.
10) Buatlah data kelas dengan mengumpulkan &
membandingkan data kelompok lain. Lalu tambahkan pada tabel hasil pengamatan
anda.
E.
Pertanyaan
1. Bagaimana perbedaan konsumsi oksigen pada
5 menit pertama, kedua, dan ketiga? Jelaskan!
2. Bagaimana pengaruh berat tubuh serangga
terhadap konsumsi oksigennya? Jelaskan!
3.
Apa maksud pemberian Kristal KOH / NaOH & silica gel?
F.
Tabel Hasil Pengamatan
Kelompok
|
Massa tubuh serangga (gr)
|
Konsumsi O2 per ml
|
Rata-rata
|
Rata-rata per menit
|
Konsumsi O2 rata-rata (ml/gr
menit)
|
|||
5’
|
5’’
|
5’’’
|
total
|
|||||
Kel 1
|
1 gram
|
0.05
|
0.003
|
0.005
|
0.058
|
0.02
|
0.001
|
0.001
|
2.1 gram
|
0.15
|
0.15
|
0.17
|
0.47
|
0.16
|
0.010
|
0.005
|
|
Kel 2
|
0.45 gram
|
0.15
|
0.32
|
0.21
|
0.68
|
0.23
|
0.015
|
0.034
|
0.69 gram
|
0.1
|
0.26
|
0.43
|
0.79
|
0.26
|
0.018
|
0.025
|
|
Kel 3
|
0.55 gram
|
0.4
|
0.22
|
0.26
|
0.88
|
0.29
|
0.02
|
0.036
|
Kel 4
|
0.95 gram
|
0.42
|
0.17
|
0.14
|
0.73
|
0.24
|
0.016
|
0.017
|
0.85 gram
|
0.46
|
0.125
|
0.015
|
0.6
|
0.2
|
0.013
|
0.016
|
|
Kel 5
|
1.55 gram
|
0.18
|
0.195
|
0.125
|
0.5
|
0.17
|
0.011
|
0.0072
|
4.55 gram
|
0.31
|
0.42
|
0.97
|
1.7
|
0.6
|
0.04
|
0.0083
|
G.
Jawaban
1. Pada 5 menit pertama (5’) oksigen yang berada
di dalam tabung dipergunakan semaksimal mungkin oleh serangga sehingga
kecepatan eosin meningkat. Sedangkan pada 5 menit kedua kecepatan eosin menurun
karena aktivitas tubuh serangga yang semakin sedikit, itu diakibatkan karena
serangga kekurangan O2 yang tertutup oleh eosin tersebut. Begitupun
pada 5 menit ketiga jalannya eosin semakin lambat karena udara yang tersimpan
pada respirometer tidak dapat keluar ataupun masuk sehingga jumlah O2
semakin habis yang menyebabkan serangga menjadi lemas.
Contohnya
pada percobaan kelompok 4, konsumsi O2 belalang pada 5’ sangat besar
(0,42 ml) sedangkan selisih konsumsi O2 pada 5’ ke 5” yaitu 0,17 ml
dan selisih konsumsi O2 pada 5” ke 5”’ yaitu 0,14 ml. Hal tersebut
menunjukkan aktivitas serangga semakin lama semakin menurun akibat kekurangan O2
pada saat di dalam respirometer sehingga eosin semakin lambat.
Akan
tetapi terdapat beberapa belalang di kelompok lain yang justru meningkatnya
jumlah O2 yang dikonsumsi, itu mungkin disebabkan karena terjadi
sedikit kebocoran ada tabung respirometer.
2. Semakin berat tubuh serangga maka semakin
banyak jumlah konsumsi oksigen (O2)
pada serangga (belalang). Sebaliknya, semakin ringan tubuh serangga maka
semakin sedikit jumlah konsumsi oksigen (O2) pada belalang.
Pada
percobaan diatas dapat kita lihat pada percobaan pertama belalang dengan berat
2.5 gram (terberat) memiliki total konsumsi oksigen 2,22. Sedangkan pada
percobaan kelima belalang dengan berat tubuh 0,1 gram (teringan) memiliki total
konsumsi oksigen 0,76. Hal itu membuktikan bahwa semakin berat tubuh serangga
maka semakin banyak konsumsi oksigen yang diperoleh.
3. KOH memiliki sifat higroskopis yang mampu
menyerap uap air (H2O) di udara. Selain itu KOH juga merupakan basa
kuat sementara CO2 adalah oksida asam sehingga KOH juga dapat
menyerap CO2 dari udara dengan reaksi
Fungsi
dari Kristal KOH/NaOH
pada percobaan yaitu sebagai pengikat CO2 agar organisme (kecambah
dan jangkrik) tidak menghirup CO2 yang dikeluarkan setelah bernafas.
Kristal KOH/NaOH dapat mengikat CO2 karena bersifat hidroskopis.
Reaksi antara KOH dengan CO2, sebagai berikut:
(i) KOH + CO2 → KHCO3
(ii) KHCO3 + KOH → K2CO3
+ H2O
Fungsi
eosin adalah sebagai
indikator oksigen yang dihirup oleh organisme percobaan (kecambah dan jangkrik)
pada respirometer.
H.
Pembahasan
Proses respirasi pada serangga pada hakikatnya
sama denga proses respirasi pada hewan lain, yaitu mempertukarkan gas oksigen
dan karbondioksida melalui proses difusi. Namun yang membedakannya hanya
terletak pada ada atau tidak adanya system organ respirasi, perbedaan ini
disebabkan oleh kekomplekan struktur tubuhnya dan tempat hidupnya.
Sel-sel tubuh serangga setiap waktu membutuhkan
suplai oksigen yang cukup untuk metabolisme tubuhnya, serangga kecil dapat
mencukupi kebutuhan oksigen ini cukup dengan cara difusi saja karena serangga
kecil mampunyai volume tubuh yang kecil dan luas permukaan tubuh yang sangat
luas, sehingga denagan cara difusi saja sel-sel tubuh mendapatkan suplai
oksigen yang cukup, sebaliknya bagi serangga yang besar dan aktif sel-sel
tubuhnya membutuhkan suplai oksigen secara cepat, permasalahnya adalah bila
serangga besar mampunyai luas permukaan tubuh yang kecil dengan volume yang
besar sehingga bila respirasinya menggunakan cara difusi pada permukaan
kulitnya makan sel-sel tubuhnya tidak mendapatkan oksigen secara cepat,
permasalaham ini dijembatani dengan adanya organ respirasi berupa system
trakea.
Kebanyakan serangga hidupnya adalah di darat
(teresterial) sehingga medium respirasinya adalah udara, udara sebagai medium
respirasi mampunyai keuntungan sekaligus kerugian, keuntungannya adalah oksigen
di udara sangat berlimapah sekitar 20 % dibandingan dengan oksigen di lautan
yang hanya 10%, selain itu pergerakan udara yang cepat memudahkan proses
difusi, kerugiannya adalah serangga selalu kehilangan air akibat penguapan,
oleh karena itu serangga harus selalu menjaga homeostatis air dalam tubuhnya,
hal ini akan berdampak pada difusi oksigen dan karbon dioksida, Naii. A
Campbell dalam buku biologinya menjelaskan bahwa permukaan respirasi (sel-sel
epithelium) haruslah lembab karena O2 dan CO2 berdifusi
melewatinya setelah larut terlebih dahulu dalam air.
Corong hawa (trakea) adalah alat pernapasan
yang dimiliki oleh serangga dan arthropoda lainnya. Pembuluh trakea bermuara
pada lubang kecil yang ada di kerangka luar (eksoskeleton) yang disebut
spirakel. Spirakel berbentuk pembuluh silindris yang berlapis zat kitin, dan
terletak berpasangan pada setiap segmen tubuh. Spirakel mempunyai katup yang
dikontrol oleh otot sehingga membuka dan menutupnya spirakel terjadi secara
teratur. Pada umumnya spirakel terbuka selama serangga terbang, dan tertutup
saat serangga beristirahat.
Oksigen
dari luar masuk lewat spirakel. Kemudian udara dari spirakel menuju
pembuluh-pembuluh trakea dan selanjutnya pembuluh trakea bercabang lagi menjadi
cabang halus yang disebut trakeolus sehingga dapat mencapai seluruh jaringan
dan alat tubuh bagian dalam. Trakeolus tidak berlapis kitin, berisi cairan, dan
dibentuk oleh sel yang disebut trakeoblas. Pertukaran gas terjadi antara
trakeolus dengan sel-sel tubuh. Trakeolus ini mempunyai fungsi yang sama dengan
kapiler pada sistem pengangkutan (transportasi) pada vertebrata.
Sistem pernafasan pada serangga mengenal dua
sistem, yaitu sistem terbuka dan sistem tertutup. Digunakan alat/organ yang
disebut spirakulum (spiracle), juga tabung-tabung trakhea dan trakheola.
Tekanan total dari udara sebenarnya merupakan jumlah tekanan gas N2,
O2, CO2 dan gas-gas lain. O2 sendiri masuk ke
dalam jaringan dengan satu proses tunggal: adanya tekanan udara dalam jaringan.
Tekanan O2 dengan demikian harus lebih besar daripada tekanan udara
dalam jaringan, sebaliknya tekanan CO2 dalam jaringan harus lebih
besar dibanding yang ada di udara.(lihat gambar sel respirasi). Laju diffusi
diukur dengan rumus 1/d (sebagai suatu peristiwa diffusi pasif).
Pada umumnya serangga akuatik kecil luas permukaan
tubuhnya lebih besar daripada volumenya, sehingga diffusi O2 dapat
berjalan dengan baik berhubung luas permukaan yang cukup untuk akomodasi aliran
O2 dari luar tubuh. Sebaliknya pada serangga yang ukurannya lebih
besar, harus dibantu dengan menggunakan kantung udara (air-sacs), yang
mengumpulkan udara dengan mekanisme kontraksi, yang harus didukung oleh suatu
sistem pemanfaatan energi. Contohnya
pada beberapa jenis belalang yang mampu hidup di dalam air.
Sistem respirasi terbuka banyak digunakan oleh
serangga-serangga darat dan beberapa jenis serangga air, sedang sistem tertutup
digunakan oleh serangga air, yang tidak menggunakan spirakulum, antara lain
untuk mencegah supaya jangan terjadi evapotranspirasi.
Mekanisme
pernapasan pada serangga, misalnya belalang, adalah sebagai berikut
Jika otot perut belalang berkontraksi maka trakea mexrupih sehingga udara kaya CO2 keluar. Sebaliknya, jika otot perut belalang berelaksasi maka trakea kembali pada volume semula sehingga tekanan udara menjadi lebih kecil dibandingkan tekanan di luar sebagai akibatnya udara di luar yang kaya O2 masuk ke trakea.
Jika otot perut belalang berkontraksi maka trakea mexrupih sehingga udara kaya CO2 keluar. Sebaliknya, jika otot perut belalang berelaksasi maka trakea kembali pada volume semula sehingga tekanan udara menjadi lebih kecil dibandingkan tekanan di luar sebagai akibatnya udara di luar yang kaya O2 masuk ke trakea.
Sistem trakea berfungsi mengangkut O2
dan mengedarkannya ke seluruh tubuh, dan sebaliknya mengangkut C02
basil respirasi untuk dikeluarkan dari tubuh. Dengan demikian, darah pada
serangga hanya berfungsi mengangkut sari makanan dan bukan untuk mengangkut gas
pernapasan.
Di bagian ujung trakeolus terdapat cairan
sehingga udara mudah berdifusi ke jaringan. Pada serangga air seperti jentik
nyamuk udara diperoleh dengan menjulurkan tabung pernapasan ke perxnukaan air
untuk mengambil udara. Serangga air tertentu mempunyai gelembung udara sehingga
dapat menyelam di air dalam waktu lama. Misalnya, kepik Notonecta sp. mempunyai
gelembung udara di organ yang menyerupai rambut pada permukaan ventral. Selama
menyelam, O2 dalam gelembung dipindahkan melalui sistem trakea ke
sel-sel pernapasan.
Selain itu, ada pula serangga yang mempunyai
insang trakea yang berfungsi menyerap udara dari air, atau pengambilan udara
melalui cabang-cabang halus serupa insang. Selanjutnya dari cabang halus ini
oksigen diedarkan melalui pembuluh trakea.
Sebaliknya terdapat juga serangga yang mampu
tinggal lama di dalam air dengan bantuan suatu organ yang disebut plastron,
suatu filamen udara. Dengan alat ini maka CO2 yang terbentuk
dibuang, dan O2 yang terlarut diambil langsung (bukan dalam ujud
gelembung udara). Bangunan ini sering juga disebut sebagai insang fisis khusus
(special physical gill). Karenanya serangga mampu bertahan di dalam air dalam
jangka waktu yang lebih lama. Serangga air juga ada yang memanfaatkan insang
trakheal (tracheal gill), yang merupakan insang biologis, berfungsi karena
gerak biologis.
Faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi:
a. Berat tubuh
Semakin
berat tubuh suatu organisme, maka semakin banyak oksigen yang dibutuhkan dan
semakin cepat proses respirasinya.
b. Suhu tubuh
Semakin
tinggi suhu tubuh, maka kebutuhan energi semakin banyak pula sehingga kebutuhan
O2 juga semakin banyak.
c. Kegiatan tubuh
Makhluk
hidup yang melakukan aktivitas tubuh memerlukan energi. Berarti semakin berat
aktivitasnya,maka semakin banyak kebutuhan energinya, sehingga pernafasannya
semakin cepat.
I.
Kesimpulan
Pada proses
respirasi menghasilkan karbondioksida (CO2), uap air (H2O)
dan sejumlah energi. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi proses respirasi
adalah berat tubuh, kegiatan tubuh dan suhu tubuh. Semakin berat tubuh suatu organisme, maka
semakin banyak oksigen yang dibutuhkan dan semakin cepat proses respirasinya.
J.
Lampiran
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih :-)